Kamis, 10 Mei 2012





home | service | site map | contact Opini Malangraya dotCom Wednesday, August 31, 2005 saudariku, berjilbablah ..!! Islam adalah ajaran yang sangat sempurna, sampai-sampai cara berpakaianpun dibimbing oleh Alloh Dzat yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita. Bisa jadi sesuatu yang kita sukai, baik itu berupa model pakaian atau perhiasan pada hakikatnya justeru jelek menurut Alloh. Alloh berfirman, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu adalah baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal sebenarnya itu buruk bagimu, Allohlah yang Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui" (Al Baqoroh : 216). Oleh karenanya marilah kita ikuti bimbingan-Nya dalam segala perkara termasuk mengenai cara berpakaian. Perintah dari atas langit Alloh Ta'ala memerintahkan kepada kaum muslimah untuk berjilbab sesuai syari'at. Alloh berfirman, "Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta para wanita kaum beriman agar mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha pengampun lagi Maha penyayang". (Al Ahzab : 59). Ketentuan jilbab menurut syari'at Berikut ini beberapa ketentuan jilbab syar'i ketika seorang muslimah berada di luar rumah atau berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahrom (bukan 'muhrim', karena muhrim berarti orang yang berihrom) yang bersumber dari Al Qur'an dan As Sunnah yang shohihah dengan contoh penyimpangannya, semoga Alloh memudahkan kita untuk memahami kebenaran dan mengamalkannya serta memudahkan kita untuk meninggalkan busana yang melanggar ketentuan Robbul 'alamiin. 1. Pakaian muslimah itu harus menutup seluruh badannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan (lihat Al Ahzab : 59, An Nuur : 31). Selain keduanya seperti leher dan lain-lain, maka tidak boleh ditampakkan walaupun cuma sebesar uang logam, apalagi malah buka-bukaan. Bahkan sebagian ulama mewajibkan untuk ditutupi seluruhnya tanpa kecuali. 2. Bukan busana perhiasan yang justeru menarik perhatian seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa, apalagi gambarnya lambang partai politik !!! ; ini bahkan bisa menimbulkan perpecahan diantara sesama muslimin. Sadarlah wahai kaum muslimin. 3. Harus longgar, tidak ketat, tidak tipis dan tidak sempit yang mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya tampak atau transparan. Cermatilah, dari sini kita bisa menilai apakah jilbab gaul yang tipis dan ketat yang banyak dikenakan para mahasiswi maupun ibu-ibu di sekitar kita dan bahkan para artis itu sesuai syari'at atau tidak. 4. Tidak diberi wangi-wangian atau parfum karena dapat memancing syahwat lelaki yang mencium keharumannya. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika salah seorang wanita diantara kalian hendak ke masjid, maka janganlah sekali-kali dia memakai wewangian" (HR. Muslim). Kalau pergi ke masjid saja dilarang memakai wewangian lalu bagaimana lagi para wanita yang pergi ke kampus-kampus, ke pasar-pasar bahkan berdesak-desakkan dalam bis kota dengan parfum yang menusuk hidung ?!. Wallohul musta'an. 5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki seperti memakai celana panjang, kaos oblong dan semacamnya. Rosululloh melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki (HR. Bukhori). 6. Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir. Nabi senantiasa memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka diantaranya dalam masalah pakaian yang menjadi ciri mereka. 7. Bukan untuk mencari popularitas. Untuk apa kalian mencari popularitas wahai saudariku ? Apakah kalian ingin terjerumus ke dalam neraka hanya demi popularitas semu. Lihatlah isteri Nabi yang cantik Ibunda 'Aisyah rodhiyallohu 'anha yang dengan patuh menutup dirinya dengan jilbab syar'i, bukankah kecerdasannya amat masyhur di kalangan ummat ini?. Wallohul muwaffiq. Sumber : Jilbab Wanita Muslimah karya Syaikh Al Albani "Damai dengan CInta" malangraya.com at 6:27 AM Monday, August 29, 2005 menuju prestasi MENUJU PRESTASI, ELIMINASI PRUSTASI Tepat sekali jika program penerimaan PNS (Pegawai Negeri Sipil) untuk guru, dari jumlah 200-an ribu yang sebentar lagi akan dilaksanakan penjaringannya oleh pemerintaha diprioritaskan untuk guru Bantu. Mengapa guru Bantu ini wajib hukumnya menjadi prioritas? Pertama, guru bantu sudah mengenyam dunia profesi di lingkungan pendidikan yang nota bene telah mengakrabinya dengan segala macam aktifitas yang mendukung dan memilari jati diri dunia pendidikan. Guru bantu telah memahami seluk beluk atau "rimba" problematikan pendidikan, sehingga dengan tidak asingnya guru Bantu ini, ia bukan hanya bisa cepat beradaptasi, tetapi juga mudah memproduk budaya dan mengeksplorasinya yang bertajuk pada pengembangan dan pemberdayaan nilai-nilai pembelajaran. Kalau guru bantu itu menjadi PNS, maka profesi yang sudah atau sedang diawali dari berbagai bentuk ujian kesulitan ini mendapatkan penghargaaan yang lebih baik, meski PNS guru ini juga belum tentu bisa dijadikan sebagai modal besar mengentas dan meretas problem ekonominya di zaman serba sulit. Penghargaan, seperti kata Valey Dex merupakan bentuk stimulus yang dapat mendorong seseorang untuk berpacu dalam aktifitas yang lebih baik dan berguna baik buat kepentingan diri, masyarakat, maupun negaranya. Semakin baik penghargaan yang diberikan kepada seseorang, maka semakin baik pula aktifitas positip yang akan ditunjukkan. Sangatlah manusiawi kalau seseorang yang sudah berpacu dalam prestasi di "kawah candradimuka" pendidikan, lantas berobsesi untuk mendapatkan kompensasi atau penghargaan atas apa yang diperbuatnya itu. Penghargaan yang diterimanya akan disikapi sebagai bentuk responsi yang bukan hanya sebatas pengakuan terhadap bentuk atau modulasi kegiatannya, tetapi juga pengakuan kalau dirinya juga layaknya manusia yang berhak atas penghidupan yang lebih baik. Dan bagi guru bantu, menjadi PNS adalah mimpi yang diidealkan, karena kalau masih jadi guru Bantu, selain apa yang diperolehnya secara ekonomi sangat sedikit, juga belum tentu profesinya ini tidak steril dari ancaman tergusur oleh pendatang baru atau guru PNS yang menjadi pegawainya diperoleh secara "instan", atau begitu diluluskan sudah langsung diposisikan sebagai guru tanpa melalui proses uji kelayakan dan kepatutan. Guru bantu sudah menjalani atau melakoni waktu yang tidak pendek dalam menjalankan tugas pengabdiannya untuk jadi agen pembaharuan (mujtahid) dan pejuang (mujahid) tanpa tanda jasa, sehingga ketika dirinya diprioritaskan untuk diangkat menjadi PNS, maka kebijakan ini patut dikategorikan sebagai kebijakan bebasis humanitas dan berorientasi futuristik. Orientasi futuristik itu merupakan capaian masa depan pendidikan yang lebih baik sehubungan dengan meningkatnya dua aspek strategis, yakni respon kesejahteraan atau "memanusiawikan" guru bantu, dan memantapkan karier pilar pendidikan yang punya tanggungjawab fundamental dalam mencerdaskan pikir, kemampuan, dan ruhani anak didik. Orientasi itu sejatinya sudah disebutkan secara umum di dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Fungsi pendidikan tersebut dapat dipahami, bahwa pendidikan di negeri kita ini mengemban misi mulia dan berat, pasalnya target yang dicanangkan adalah terbentuknya manusia paripurna atau dalam istilah agama "insan kamil", cerdas keilmuan maupun psikologisnya, atau kapabel pengetahuan maupun "kaya ruhaninya", bukan manusia parsial, ambigu, dan hipokrisi. Funfsi demikian akan bisa ditopang oleh guru Bantu yang profesinya tidak dialinasikan atau "dimiskinkan" dari penghargaan. Kalau guru bantu dinafikan dari penghargaan menjadi PNS, sementara target pendidikan di pundaknya sangat besar, maka hal ini layak disebut sebagai bentuk dehumanisasi atau kezaliman atas nama pendidikan, di samping sebagai distorsi terhadap cita-cita pendidikan itu sendiri. Distorsi ini terjadi sebagai dampak dari kondisi layaknya adagium "nafsu besar tenaga kurang" atau obsesi besar dengan modal minor. Kedua, mengangkat guru bantu menjadi PNS akan mencegah guru menjadi manusia-manusia prustasi. Secara umum, siapapun orangnya yang terkena penyakit prustasi bisa terjerumus dalam perilaku-perilaku destruktif, anomali, patologis, dan melanggar norma-norma hukum, agama, dan sosial. Berembrio dari manusia-manusia prustasi, berbagai peristiwa buruk yang merugikan sesama potensial terjadi. Guru bantu pun demikian, sebagai layaknya manusia yang bisa sakit hati dan kecewa, ia pun bisa terkena penyakit prustasi terhadap profesi yang dijalaninya jika tidak ada kepastian atau impian yang lebih jelas untuk jadi PNS. Dari peta realitas sosial misalnya dapat kita baca, bahwa tidak sedikit anggota masyarakat yang miskin ekonomi dan "miskin" penghargaan yang dilanda kekecewaan yang berakhir menjatuhkan opsi seperti jadi makelar judi togel atau aktifitas lainnya sebagai pekerjaan sampingan. Kasus oknum guru tidak tetap yang merangkap jadi penjudi togel tidak sulit kita temukan dengan alasan umum "belum ditemukan sumber ekonomi lain yang menunjang". Sosiolog Girand dalam Violence and Sacred (1989) menyebutkan keberingasan atau perbuatan ilegal dapat terjadi karena perasaan tertekan yang intens yang meluas dalam masyarakat. Ketika rakyat terus berada dalam suasana tidak kondusif, maka dalam dirinya ada hasrat kuat untuk melakukan perlawanan, pembangkangan, pembebasan diri dari belenggu ketidak-adilan, ketidak-manusiawian, penjajahan dan otoritarian. Menjadikan guru bantu sebagai PNS merupakan opsi yang mengandung misi mulia, memanusiakan manusia dan menafikan potensi kriminogen, eliminasi guru darii penyakit prustasi dan keterjerumusan dalam perbuatan-perbuatan illegal, amoral, dan anomali kamesywara malangraya.com at 7:44 AM Friday, August 26, 2005 setan menelanjangi wanita Setan dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bis su'). Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah, termasuk melepaskan hijab atau pakaian muslimah. Berikut ini tahapan-tahapannya; I. Menghilangkan Definisi Hijab Dalam tahap ini setan membisik-kan kepada para wanita, bahwa pakaian apapun termasuk hijab (penutup) itu tidak ada kaitannya dengan agama, ia hanya sekedar pakaian atau mode hiasan bagi para wanita. Jadi tidak ada pakaian syar'i, pakaian ya pakaian, apa pun bentuk dan namanya. Sehingga akibatnya, ketika zaman telah berubah, atau kebudayaan manusia telah berganti, maka tidak ada masalah pakaian ikut ganti juga. Demikian pula ketika seseorang berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, maka harus menyesuaikan diri dengan pakaian penduduknya, apapun yang mereka pakai. Berbeda halnya jika seorang wanita berkeyakinan, bahwa hijab adalah pakaian syar'i (identitas keislaman), dan memakainya adalah ibadah bukan sekedar mode. Biarpun hidup kapan saja dan di mana saja, maka hijab syar'i tetap dipertahankan. Apabila seorang wanita masih bertahan dengan prinsip hijabnya, maka setan beralih dengan strategi yang lebih halus. Caranya? Pertama, Membuka Bagian Tangan Telapak tangan mungkin sudah terbiasa terbuka, maka setan mem-bisik kan kepada para wanita agar ada sedikit peningkatan model yakni membuka bagian hasta (siku hingga telapak tangan). "Ah tidak apa-apa, kan masih pakai jilbab dan pakai baju panjang? Begitu bisikan setan. Dan benar sang wanita akhirnya memakai pakain model baru yang menampakkan tangannya, dan ternyata para lelaki yang melihat nya juga biasa-biasa saja. Maka setan berbisik," Tuh tidak apa-apa kan? Kedua, Membuka Leher dan Dada Setelah menampakkan tangan menjadi kebiasaan, maka datanglah setan untuk membisikkan hal baru lagi. "Kini buka tangan sudah lumrah, maka perlu ada peningkatan model pakaian yang lebih maju lagi, yakni terbuka bagian atas dada kamu." Tapi jangan sebut sebagai pakaian terbuka, hanya sekedar sedikit untuk mendapatkan hawa, agar tidak gerah. Cobalah! Orang pasti tidak akan peduli, sebab hanya bagian kecil saja yang terbuka. Maka dipakailah pakaian model baru yang terbuka bagian leher dan dadanya dari yang model setengah lingkaran hingga yang model bentuk huruf "V" yang tentu menjadikan lebih terlihat lagi bagian sensitif lagi dari dadanya. Ketiga, Berpakian Tapi Telanjang Setan berbisik lagi, "Pakaian kok hanya gitu-gitu saja, cari model atau bahan lain yang lebih bagus! Tapi apa ya? Sang wanita bergumam. "Banyak model dan kain yang agak tipis, lalu bentuknya dibuat yang agak ketat biar lebih enak dipandang," setan memberi ide baru. Maka tergodalah si wanita, di carilah model pakaian yang ketat dan kain yang tipis bahkan transparan. "Nggak apa-apa kok, kan potongan pakaiannya masih panjang, hanya bahan dan modelnya saja yang agak berbeda, biar nampak lebih feminine," begitu dia menambahkan. Walhasil pakaian tersebut akhirnya membudaya di kalangan wanita muslimah, makin hari makin bertambah ketat dan transparan, maka jadilah mereka wanita yang disebut oleh Nabi sebagai wanita kasiyat 'ariyat (berpakaian tetapi telanjang). Keempat, Agak di Buka Sedikit Setelah para wanita muslimah mengenakan busana yang ketat, maka setan datang lagi. Dan sebagaimana biasanya dia menawarkan ide baru yang sepertinya segar dan enak, yakni dibisiki wanita itu, "Pakaian seperti ini membuat susah berjalan atau duduk, soalnya sempit, apa nggak sebaiknya di belah hingga lutut atau mendekati paha?" Dengan itu kamu akan lebih leluasa, lebih kelihatan lincah dan enerjik." Lalu dicobalah ide baru itu, dan memang benar dengan dibelah mulai bagian bawah hingga lutut atau mendekati paha ternyata membuat lebih enak dan leluasa, terutama ketika akan duduk atau naik ke jok mobil. "Yah tersingkap sedikit nggak apa-apa lah, yang penting enjoy," katanya. Inilah tahapan awal setan merusak kaum wanita, hingga tahap ini pakaian masih tetap utuh dan panjang, hanya model, corak, potongan dan bahan saja yang dibuat berbeda dengan hijab syar'i yang sebenarnya. Maka kini mulailah setan pada tahapan berikutnya. II. Terbuka Sedikit Demi Sedikit Kini setan melangkah lagi, dengan trik dan siasat lain yang lebih ampuh, tujuannya agar para wanita menampak kan bagian aurat tubuhnya. Pertama, Membuka Telapak Kaki dan Tumit Setan Berbisik kepada para wanita, "Baju panjang benar-benar membuat repot, kalau hanya dengan membelah sedikit bagiannya masih kurang leluasa, lebih enak kalau di potong saja hingga atas mata kaki." Ini baru agak longgar. "Oh ada yang kelupaan, kalau kamu bakai baju demikian, maka jilbab yang besar tidak cocok lagi, sekarang kamu cari jilbab yang kecil agar lebih serasi dan gaul, toh orang tetap menamakannya dengan jilbab." Maka para wanita yang terpengaruh dengan bisikan ini buru-buru mencari model pakaian yang dimaksudkan. Tak ketinggalan sepatu hak tinggi, yang kalau untuk berjalan mengeluarkan suara yang menarik perhatian orang. Kedua, Membuka Seperempat Hingga Separuh Betis Terbuka telapak kaki telah biasa ia lakukan, dan ternyata orang-orang yang melihat juga tidak begitu peduli. Maka setan kembali berbisik, "Ternyata kebanyakan manusia menyukai apa yang kamu lakukan, buktinya mereka tidak bereaksi apa-apa, kecuali hanya beberapa orang. Kalau langkah kakimu masih kurang leluasa, maka cobalah kamu cari model lain yang lebih enak, bukankah kini banyak rok setengah betis dijual di pasaran? Tidak usah terlalu mencolok, hanya terlihat kira-kira sepuluh senti saja." Nanti kalau sudah terbiasa, baru kamu cari model baru yang terbuka hingga setengah betis." Benar-benar bisikan setan dan hawa nafsu telah menjadi penasehat pribadinya, sehingga apa yang saja yang dibisikkan setan dalam jiwanya dia turuti. Maka terbiasalah dia mema-kai pakaian yang terlihat separuh betisnya kemana saja dia pergi. Ketiga, Terbuka Seluruh Betis Kini di mata si wanita, zaman benar-benar telah berubah, setan telah berhasil membalikkan pandangan jernihnya. Terkadang sang wanita berpikir, apakah ini tidak menyelisihi para wanita di masa Nabi dahulu. Namun buru-buru bisikan setan dan hawa nafsu menyahut, "Ah jelas enggak, kan sekarang zaman sudah berubah, kalau zaman dulu para lelaki mengangkat pakaiannya hingga setengah betis, maka wanitanya harus menyelisihi dengan menjulurkannya hingga menutup telapak kaki, tapi kini lain, sekarang banyak laki-laki yang menurunkan pakaiannya hingga bawah mata kaki, maka wanitanya harus menyelisihi mereka yaitu dengan mengangkatnya hingga setengah betis atau kalau perlu lebih ke atas lagi, sehingga nampak seluruh betisnya." Tetapi apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum laki-laki," gumamnya. "Fitnah? Ah itu kan zaman dulu, di masa itu kaum laki-laki tidak suka kalau wanita menampakkan auratnya, sehingga wanita-wanita mereka lebih banyak di rumah dan pakaian mereka sangat tertutup. Tapi sekarang sudah berbeda, kini kaum laki-laki kalau melihat bagian tubuh wanita yang terbuka malah senang dan mengatakan ooh atau wow, bukankah ini berarti sudah tidak ada lagi fitnah, karena sama-sama suka? Lihat saja model pakaian di sana-sini, dari yang di emperan hingga yang yang bermerek kenamaan, seperti Kristian Dior, semuanya menawarkan model yang dirancang khusus untuk wanita maju di zaman ini. Kalau kamu tidak mengikuti model itu akan menjadi wanita yang ketinggalan zaman." Demikianlah, maka pakaian yang menampakkan seluruh betis biasa dia kenakan, apalagi banyak para wanita yang memakainya dan sedikit sekali orang yang mempermasalahkan itu. Kini tibalah saatnya setan melancarkan tahap terakhir dari siasatnya untuk melucuti hijab wanita. III. Serba Mini Setelah pakaian yang menampak kan betis menjadi pakaian sehari-hari dan dirasa biasa-biasa saja, maka datanglah bisikan setan yang lain. "Pakaian membutuhkan variasi, jangan itu-itu saja, sekarang ini modelnya rok mini, dan agar serasi rambut kepala harus terbuka, sehingga benar-benar kelihatan indah." Maka akhirnya rok mini yang menampakkan bagian bawah paha dia pakai, bajunya pun bervariasi, ada yang terbuka hingga lengan tangan, terbuka bagian dada sekaligus bagian punggung nya dan berbagai model lain yang serba pendek dan mini. Koleksi pakaiannya sangat beraneka ragam, ada pakaian pesta, berlibur, pakaian kerja, pakaian resmi, pakaian malam, sore, musim panas, musim dingin dan lain-lain, tak ketinggalan celana pendek separuh paha pun dia miliki, model dan warna rambut juga ikut bervariasi, semuanya telah dicoba. Begitulah sesuatu yang sepertinya mustahil untuk dilakukan, ternyata kalau sudah dihiasi oleh setan, maka segalanya menjadi serba mungkin dan diterima oleh manusia. Hingga suatu ketika, muncul ide untuk mandi di kolam renang terbuka atau mandi di pantai, di mana semua wanitanya sama, hanya dua bagian paling rawan saja yang tersisa untuk ditutupi, kemaluan dan buah dada. Mereka semua mengenakan pakaian yang sering disebut dengan "bikini". Karena semuanya begitu, maka harus ikut begitu, dan na'udzu billah bisikan setan berhasil, tujuannya tercapai, "Menelanjangi Kaum Wanita." Selanjutnya terserah kamu wahai wanita, kalian semua sama, telanjang di hadapan laki-laki lain, di tempat umum. Aku berlepas diri kalau nanti kelak kalian sama-sama di neraka. Aku hanya menunjukkan jalan, engkau sendiri yang melakukan itu semua, maka tanggung sendiri semua dosamu" Setan tak mau ambil resiko. Demikian halus, cara yang digunakan setan, sehingga manusia terjeru-mus dalam dosa tanpa terasa. Maka hendaklah kita semua, terutama orang tua jika melihat gejala menyimpang pada anak-anak gadis dan para wanita kita sekecil apapun, segera secepatnya diambil tindakan. Jangan biarkan berlarut-larut, karena kalau dibiarkan dan telah menjadi kebiasaan, maka sangat sulit bagi kita untuk mengatasinya. Membiarkan mereka membuka aurat berarti merelakan mereka mendapatkan laknat Allah, kasihanilah mereka, selamatkan para wanita muslimah, jangan jerumuskan mereka ke dalam kebinasaan yang menyeng-sarakan, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a'lam bis shawab. "Damai dengan Cinta" malangraya.com at 6:20 AM kebodohan dan penghianatan Nabi shallallahu alaihi wasalam memberitakan tentang tanda-tanda kiamat shughra (kiamat kecil), di antaranya adalah meratanya kebodohan, dan disia-siakannya amanah. Disia-siakannya amanah artinya adalah khianat. Khianat yang paling menonjol adalah menyerahkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya. Dalam pembahasan ini, insya Allah akan dikemukakan tentang dicabutnya ilmu (agama), dan bercokolnya kebodohan, kemudian tentang disia-siakannya amanah, yaitu diserahkannya urusan kepada orang yang bukan ahlinya. Pertama, Dicabutnya ilmu agama dan bercokolnya kebodohan Dari Anas radhiallahu anhu , ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya di antara tanda-tanda (akan datangnya) kiamat adalah jika ilmu (agama) diangkat/ hilang, kebodohan dikukuhkan, khamr/ minuman keras diminum, dan perzinaan tampak nyata." (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad ). Benar. Gejala itu telah tampak nyata pada zaman kita sekarang. Ilmu (agama) yang diwarisi dari Nabi shallallahu alaihi wasalam , sahabat-sahabatnya, tabi'in, dan para imam ahli ilmu setelah mereka, kini sungguh telah dijauhi oleh kebanyakan orang. Sedikit sekali orang yang menekuni dan memperhatikan ilmu agama yang murni dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dengan manhaj (jalan pemahaman) para pendahulu yang Sholih, yaitu tiga generasi awal Islam, yakni generasi sahabat Nabi shallallahu alaihi wasalam , Tabi'in, dan Tabi'it Tabi'in. Kebanyakan orang telah mengalihkan perhatiannya kepada koran-koran, majalah, dan media massa lainnya seperti televisi, radio dan sebagainya yang kebanyakan media massa itu memuat materi-materi kejahilan (jauh dari agama). Itu adalah pengalihan perhatian ummat Islam yang tadinya tertuju ke ilmu agama, kini telah beralih jauh, baik di belahan bumi timur maupun di barat. Ilmu yang dimaksud dalam hadits itu adalah ilmu syar'i, ilmu agama Islam. Dan yang dimaksud "dicabut dan matinya ilmu" itu bukanlah dicabutnya ilmu dari akal manusia, tetapi maknanya adalah diwafatkannya para ulama, sehingga tidak tersisa lagi di dunia ini kecuali orang-orang bodoh, yang tidak faham ilmu agama. Dalil mengenai hal itu adalah hadits Abdullah bin Umar radhiallahu anhum , ia berkata, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam : "Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak mencabut ilmu (agama) dengan mencabutnya dari hamba-hamba-Nya, tetapi Dia mencabut ilmu (agama) itu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim pun maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, kemudian mereka ditanya, lalu mereka berfatwa dengan tanpa ilmu, maka mereka pun sesat dan menyesatkan." (HR Al-Bukhari, Muslim, At- Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dalam Kitab Shahih Al-Jami' As-Shaghir no. 1850). Dicabutnya ilmu (agama) itu tidak mesti lantaran dicabutnya Al-Quran, sebagaimana difahami oleh sebagian orang. Salah seorang dari Sahabat Anshar: Bagaimana (ilmu agama itu) dicabut, sedangkan kami membaca Al-Quran, dan kami bacakan Al-Quran kepada anak-anak dan isteri-isteri kami? Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam menjawab: "Sungguh sebelumnya aku menganggap kamu seorang yang pandai penduduk Madinah; bukankah Taurat dan Injil ada pada orang-orang Yahudi dan Nashrani? Tetapi apa manfaatnya bagi mereka?" Maka semata-mata masih adanya kitab-kitab di perpustakaan-perpustakaan itu tidak menjamin masih adanya ilmu." (lihat Majmu' Al-Fatawa al-Kubra oleh Ibnu Taimiyyah 18/304, dan Hadits tersebut ada di Sunan An-Nasa'i Al-Kubra no. 5877, dengan lafadh yang hampir sama). Kedua, Khamr dan perzinaan Adapun tentang khamr atau minuman keras, atau sekarang istilahnya "narkoba" (narkotika, obat-obat terlarang/ keras, dan alkohol) maka sungguh telah merajalela. Baik dijual belikan, maupun diminum. Itu terjadi di mana-mana di sebagian besar negara di dunia. Khamr itu dinamai dengan sebutan yang bukan namanya, supaya dianggap halal meminumnya, menjualnya, dan memakan harganya. Ada yang dinamai minuman kesegaran jiwa, ada yang dinamai bir, nabidz, wisky dan lain-lain, dengan nama-nama yang dihiasi dengan bunga-bunga secara lahiriah, namun isi di dalamnya mengandung dosa dan kefasikan. Kemudian, kita kembali kepada hadits tersebut, tentang tampak nyatanya perzinaan. Kini telah benar-benar terjadi, dalam hal perzinaan telah diadakan pasar tempat menjajakan kemaksiatan dan dosa besar itu sampai di negeri-negeri yang penduduknya membangsakan diri mereka dengan Islam. Bahkan ketika para ulama dan ummat Islam memprotes selama bertahun-tahun agar lokalisasi perzinaan dihapus, kemudian diinstruksikan penghapusan sebagiannya, ternyata ada suara-suara sumbang yang seolah meratapi dihapusnya pusat dosa besar dan penyebaran penyakit berbahaya itu. Sehingga yang terjadi bukan sekadar tampak nyatanya perzinaan, namun justru pandangan hidup sebagian orang yang mendukung adanya kemaksiatan, dengan aneka kilah yang dibuat-buat. Ini bukan sekadar jahil terhadap ilmu agama, namun sengaja menjauhkan diri dari pandangan hidup yang berlandaskan agama. Bagaimana pula keadaannya nanti bila kondisi dan situasinya seperti dalam hadits berikut ini: "Termasuk tanda-tanda kiamat jika ilmu (agama) sedikit, kebodohan muncul, perzinaan tampak nyata, wanita-wanita (jumlahnya) banyak, dan laki-laki sedikit, sehingga untuk 50 wanita (hanya ada) satu wali (lelaki yang mengurusi mereka)." (HR Al-Bukhari dan Ahmad). Dan dari Abdullah bin Mas'ud dan Abi Musa radhiallahu anhum , keduanya berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam : "Sesungguhnya menjelang kiamat kelak pasti ada hari-hari yang di sana kebodohan berada, sedang saat itu ilmu (agama) hilang terangkat, dan pembunuhan merajalela." (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad -dalam Kitab Shahih Al-Jami' As-Shaghir no. 2047). Benarlah apa yang disabdakan Nabi shallallahu alaihi wasalam itu, sudah jelas peristiwa-peristiwa itu tengah berlangsung di zaman sekarang ini, selain dua perkara saja, yaitu berkurangnya kaum lelaki dan sangat banyaknya wanita. Ketiga, Disia-siakannya amanah Mengenai disia-siakannya amanah, ada hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wasalam yang menjadi tanda akan datangnya kiamat pula. Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa seorang dusun bertanya: Wahai Rasulullah, kapan kiamat itu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam menjawab: "Jika amanah telah disia-siakan maka nantikanlah (datangnya) kiamat." Orang dusun itu berkata: Bagaimana menyia-nyiakannya? Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam bersabda: "Apabila perkara sudah diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka nantikanlah kiamat itu." (HR Al-Bukhari dalam Kitab Shahihnya dan Ahmad dalam Kitab Musnadnya, Al-Misykat no. 5439). Dan dalam riwayat Al-Bukhari: "Apabila perkara telah disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat." Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Kitab Fathul Bari: Penyandaran perkara kepada yang bukan ahlinya itu hanyalah akan terjadi ketika kebodohan telah lumrah (umum) dan ilmu (agama) telah hilang. Hal itu termasuk membebani di luar kemampuan, sedang tuntutan seharusnya, kalau ilmu masih tegak maka ada keleluasaan dalam hal perkara itu (sehingga tidak akan diserahkan kepada yang bukan ahlinya). Yang juga dimaksud dengan perkara adalah perkara-perkara yang bergantung dengan agama, seperti khilafah (kekhalifahan), imarah pemerin-tahan, qadha' (hukum), ifta' (fatwa) dan lain-lain. Apabila perkara-perkara ini diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka hal itu akan menghilangkan kepentingan ummat dan kaum Muslimin. Apabila kita lihat keadaan kita sekarang ini, maka kita temui bahwa perkara itu telah diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, seperti yang disebutkan dalam Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam tersebut. Sungguh, urusan itu telah diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, yaitu orang yang tidak ada perhatian kecuali terhadap kepentingan dunia yang fana' ini, dan hanya ke sanalah mata ditujukan. Adapun kepentingan akherat, maka urusan itu mereka buang jauh-jauh dan tak diperhatikan. Tiada yang dapat kita ucapkan kecuali: Suatu ucapan yang diucapkan ketika kita mendapat musibah. Sumber: Diadaptasi dari Kitab Ar-Risalah fi al-Fitan wa al-Malahim wa Ashrath as-Sa'ah oleh Abi Ubaidah Mahir bin Shalih Al Mubarak, di-taqridh (apresiasi) oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, 1993M/ 1414H "Damai dengan CInta" malangraya.com at 6:09 AM Wednesday, August 17, 2005 khittah universal MEMBUMIKAN KHITTAH UNIVERSAL "Ada momentum, ada kemauan, dan ada kecerdikan", itulah kunci mengapa perdamaian antara GAM dengan pemerintah bisa dicapai dan ditandatangani di Helsinki pada hari Senen, 15 Agustus 2005 (Dahlan Iskan, Jawa Pos, 16 Agustus 2005). Kata "kemauan" yang diaktualkan Dahlan itu merujuk pada hasrat dan obsesi dua pelaku utama yang selama ini mengisi atau mewarnai perjalanan sejarah kehidupan Aceh, yakni pemerintah dan GAM yang mewujudkan MoU. Kedua pelaku ini menunjukkan good will untuk membalik warna perjalanan Aceh supaya sejalan dengan khittah kedamaian universal, suatu iklim kehidupan yang menyuratkan ketenangan, persaudaraan, dan jabat erat kesatuan hidup berbangsa. Presiden SBY sendiri berharap, bahwa penandatanganan nota kesepahaman itu merupakan awal yang baik bagi penyelesaian konflik Aceh yang telah merenggut nyawa sedikitnya 15.000 manusia Indonesia. MoU itu merupakan pintu gerbang menuju bnersatunya seluruh bangsa Indonesia (Kompas, 16 Agustus 2005). Kembali ke sejarah misalnya, saat Kontras membuat laporan tahunan (2000) tentang pelanggran hak asasi manusia (HAM) di tanah air, nama "Serambi Mekah" makin menunjukkan sisi gelapnya sebagai salah satu geografis di negeri ini yang banyak mengagendakan pelanggaran HAM. Di wilayah ini, nyawa manusia seperti tak ada artinya, karena banyaknya anak bangsa yang menjadi korban kekerasan, dijadikan objek kebiadaban, diposisikan sebagai "tameng hidup" keganasan kekuatan-kekuatan yang bertarung yang sedang kehilangan akal sehat daan nurani kemanusiaannya. Tahun 2000 itu, Serambi Mekah telah menjadi daerah yang paling tidak aman dan nyaman, karena sewaktu-waktu hak hidup (right for life) rakyat sipil terampas. Rakyat tidak berdosa diberi hak baru bernama "hak untuk mati" (right for death), karena di saat kekuatan yang sedang berlaga menginginkan nyawanya, maka mereka sulit untuk menghindar dari vonis kematian. Kematian seperti nyanyian yang sewaktu-waktu berkumandang sesuai dengan "hukum permintaan". Sekarang, sejarah baru dimulai, setidak-tidaknya, lewat MoU itu, pemerintah dan GAM telah menghadirkan cuaca sosial-politik yang mengharu-birukan. Heru DWi S, wartawan LKBN Antara misalnya menyebutkan, bahwa sekitar 10 ribu warga masyarakat di Propinsi Aceh meluapkan kegembiraannya ketika nota kesepahaman (MoU) tentang perdamaian antara pemerintah RI dan GAM ditandatangani oleh kedua belah pihak. Mereka yang memadati Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh itu langsung bertepuk tangan tanda gembira, ketika ketua delegasi Indonesia dan GAM, Hamid Awaluddin, Malik Mahmud, dan Martu Aktisari, berjabat tangan (Surabaya Post, 16 Agustus 2005). Kegembiraan masyarakat Aceh itu patut dimaklumi, karena sekian lama dan berkali-kali mereka menghadapi ujian dan problem yang tidak ringan, di samping memang sudah demikian lelah menunggu saat-saat terjadinya rekonsiliasi nasional. Sejatinya mereka itu sudah kenyang dengan pergolakan yang mengakibatkan rakyat tidak bisa menuai dan menikmati kedamaian. Selain itu, salah satu muatan MoU yang menyebutkan jaminan pengampunan bagi anggota GAM yang sedang di penjara merupakan bentuk penyejuk hati atau spirit politik yang melapangkan hati rakyat Aceh. Mereka dipertemukan oleh anggota keluarga atau kerabatnya yang dulunya diposisikan oleh negara sebagai "musuh", dan kini diubah menjadi "saudara". Amnesti juga bukan hanya bermakna pengampunan bagi seseorang atau sekelompok orang Aceh, tetapi sebagai jembatan emas untuk mewujudkan khittah universal prinsip pemartabatan manusia, persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathoniyah), dan persaudaraan kerakyatan (ukhuwah istirakiyah) Khittah universal yang dijembatani lewat amnesti itu, jika bisa dilaksanakan dengan komitmen yang tinggi akan mampu menjadi modal fundamental untuk membangun Aceh ke depan, pasalnya, Aceh yang sedang porak-poranda akibat problem alam (Tsunami) dan politik (konflik bersenjata) ini akan banyak mendapatkan dukungan kekuatan Sumberdaya Manusia (SDM) yang selama ini mengisi penjara atau berkeliaran di hutan-hutan karena menjadi manusia-manusia buruan. Apa yang disebut oleh Cak Nur (Nurcholis Majid) sebagai "zaman keemasan" (golden era), kita harapkan terwujud di Aceh. Nama NAD (Nangro Aceh Darussalam) merupakan nama istimewa Aceh yang mengandung khittah universal yang idealnya wajib dipahami secara esoteris oleh semua pihak. Embel-embel "darussalam" esensinya bermaknakan "rumah kedamaian atau keselamatan", orang-orang yang hidup di Aceh diharapkan dapat hidup dengan selamat, menikmati kedamaian dan jadi "juru selamat" bagi kehidupan bangsa dan negara. Dengan nama itu, idealnya Aceh bukanlah deskripsi sosio-geografis yang panas membara berbalutkan luka dan darah. Tetapi daerah yang segmen masyarakatnya menghidup suburkan suasana saling mencintai, mengalahkan perbedaan, dan menghormati antara yang satu dengan lainnya, dan buknnya suasana yang mencekam, menakutkan, dan menghadirkan banyak penderitaan. Julukan lain juga melekat pada Aceh yang diibaratkan sebagai Serambi Mekah, suatu terasnya kekuatan dan keberdayaan Islam, yang diharapkan mencerminkan atau merepresentasi Makkah-al-Munawwarah, kota suci umat Islam yang gampang membuka tangan atas kehadiran orang lain dalam prinsip persaudaraan global atau tidak menolak merajut persaudaraan kebangsaan, khususnya antar umat seagama yang lebih mencintai perdamaian dan solidaritas. Sebutan Serambi Mekah bagi Aceh merupakan bentuk penghargaan dan pengharapan supaya Aceh menjadi daerah percontohan yang benar-benar meninggikan khittah universal yang bermaknakan penegakan dan penyejarahan prinsip-prinsip peenghormatan atas nilai-nilai humanitas, mengakui pluralitas, demokratis dalam menyikapi kepentingan yang tidak bisa dihomogenisasi, serta masing-masing segmen rakyatnya tidak gampang terjerumus menabur perilaku keji yang menjatuhkan martabat kemanusiaannya. Hidup Kalau khittah universal itu bisa dijaga, ditegakkan, atau mencapai tataran pembumian oleh dan untuk masyarakat Aceh, pemerintah, dan kekuatan asing, maka paska MoU itu kebahagiaan rakyat Aceh akan benar-benar bisa mencapai tataran kelanggengan, dan bukan deklarasi atau instrumen HAM yang omong kosong. [eof] malangraya.com at 6:53 AM Tuesday, August 16, 2005 atmosfer perjuangan Kisah berikut sangat kita kenal. Yaitu tentang seorang penjahat yang telah membunuh 99 orang. Ia menyadari kesalahan dan hendak bertaubat. Kemudian ia menemui seorang rahib/alim. Namun oleh rahib itu dikatakan dosanya sudah tidak bisa diampuni. Akhirnya dibunuhlah pendeta itu dan genap 100 orang yang telah ia bunuh. Kemudian ia menemui rahib kedua. Oleh rahib kedua ini ia disarankan untuk menuju sebuah kampung yang berisi orang-orang yang sholih. Maka berlarilah mantan penjahat itu menuju kampung itu. Dalam dunia preman pun, seorang preman yang telah sadar maka ia harus meninggalkan secara total lingkungannya dan berpindah ke lingkungan yang kondusif untuk merealisasikan taubatnya. Jika tidak, ia akan menerima ancaman, intimidasi atau ajakan-ajakan kembali ke kemaksiatan oleh lingkungan lamanya. Kesadaran dan atmosfer perjuangan Kisah diatas menggambarkan bahwa seseorang yang telah mempunyai kesadaran dan ingin menjaga dan merealisasikan kesadarannya, maka harus berada dalam atmosfer yang kondusif. Dalam sejarah kita mengenal nama-nama besar. Zaid bin Haritsah masih berumur 18 tahun ketika diangkat menjadi panglima perang. Imam Hasan AlBanna berusia sekitar 22 tahun ketika membentuk organisasi cikal bakal Ikhwanul Muslimin yang kemudian menjadi gerakan Islam paling berpengaruh dan inspirator gerakan Islam di dunia sampai saat ini. Soekarno, baru berumur 26 tahun ketika menulis konsep nasakom, terlepas ketidaksetujuan kita terhadap konsepnya. Muhammad Hatta baru berumur 25 tahun ketika bersama Nehru menjadi pembicara di forum internasional. Demikian juga M. Natsir, Jendral Sudirman dan pahlawan-pahlawan lain yang hadir dalam sejarah. Dua kata kunci yang menjadikan mereka berdaya besar di usia muda dan mencapai puncak kontribusinya, yaitu "kesadaran" untuk berubah dan mengubah, dan tumbuh dalam "atmosfir perjuangan". Mereka hidup dalam atmosfer perjuangan dakwah dan perjuangan pembebasan dari penjajahan. Semua pahlawan hadir dari kesadaran yang kemudian tumbuh dalam atmosfer perjuangan. Kita menjumpai banyak pemuda dan mahasiswa yang mempunyai kesadaran untuk membangun negeri memberantas korupsi, termasuk pelajar yang dikirim ke luar negeri. Namun kesadaran itu seringkali hanya sampai pada sebatas kesadaran dan mandul setelah kembali ke tanah air dan masuk dunia kerja. Hal ini dikarenakan tidak menemukan lagi atmosfer perjuangan bersama-sama pejuang yang mempunyai misi sama. Berbeda dengan ketika masih mahasiswa apalagi jika mengikuti pergerakan mahasiswa, atmosfer perjuangan sangat kental. Atmosfer perjuangan Tumbuh dalam atmosfer perjuangan bukan berarti meninggalkan lingkungan kerja yang memerlukan perbaikan dari kita. Namun yang dimaksud adalah mempunyai afiliasi perjuangan berupa komunitas yang berisi para pejuang, tempat beraktualisasi. Yang di sana saling menasehati, mengingatkan, tempat untuk charging semangat juang. Begitu pentingnya atmosfer perjuangan sehingga dalam dakwah pun mengharuskan kita untuk berjuang dalam komunitas dakwah, yang akan menjaga semangat juang. Bukan dalam kesendirian. Selamat menemukan atmosfer perjuangan untuk puncak kontribusi kita, atmosfer perjuangan dakwah dan perjuangan perbaikan bangsa. [eof] malangraya.com at 9:09 AM Saturday, August 13, 2005 wanita sukses Apabila kesuksesan kaum Adam, dan akselerasi perkembangan dan kemajuannya terlihat begitu "berbeda dan dihormati" di dalam keluarga dan kawan sejawatnya, maka demikian juga perempuan, apabila ia sukses. Dan tidaklah asing lagi bagi masyarakat kita bahwa andai seorang perempuan mengalami kesuksesan dan mencapai posisi yang tinggi, maka pun demikian. Terkadang muncul ungkapan-ungkapan yang aneh terhadap masalah ini di zaman sekarang dimana tak ada seorangpun yang menentang pendidikan perempuan. Bahkan tak ada seorang perempuan pun selain mahasiswi kecuali sangat sedikit, kalau tidak boleh dikatakan tidak ada. Mayoritas orang ingin meletakkan penghalang di depan "pengembangan perempuan", akan tetapi mereka telah gagal. Agama Islam datang dengan syariatnya yang bajik, memberikan kabar gembira kepada mereka, menurunkan ayat-ayat dan hukum-hukumnya; di dalamnya ada hukum-hukum yang menjadi hak dan kewajiban perempuan. Kita banyak mendengar dari laki-laki, mereka berteriak agar kaum perempuan tidak belajar, cukuplah mereka menetap di rumah bersama anak-anaknya; duduk di rumah, menjadi pendidik, pengatur rumah tanpa memiliki hak dalam pendidikan !!! Akan tetapi aku katakan: Maaf wahai para lelaki, !!! Tak ada sesuatu pun yang bisa melarang perempuan dari mengikuti pendidikan dan mengikuti perkembangan zaman, dengan alasan tanggung jawab rumah dan anak. Apakah anda ingin ia tetap tinggal di rumah dan lihai dalam memasak dan mencuci semata !!! Apakah anda menginginkannya ia menjadi pengrapi pakaian, memperhatikan anak dan rumah semata !!! Sungguh, ilmu bagi perempuan -wahai manusia- akan bisa memuliakan dan meninggikannya. Sesungguhnya perempuan, apabila ia terus dan giat dalam pendidikan akan bisa memperbaiki pemahaman yang salah, baik yang ada pada dirinya sendiri maupun orang lain. Maka, jadilah ia orang yang berpengetahuan luas, memiliki kapasitas membedakan antara kebodohan dan kebenaran. Maka, tuduhan apalagi yang hendak kalian hujamkan kepada perempuan jika ilmu menjadi tinta dan nafas kehidupannya?? Dan tidaklah mungkin akan luas pengetahuan seorang perempuan dan berpacu dengan orang lain, kecuali jika kita memberinya kesempatan untuk menghadapi "kungkungan terhadap perempuan" !!! Dan mayoritas perempuan lemah dalam mengambil keputusan untuk turut andil dalam menyelesaikan masalah anak-anak mereka. Jadi, ungkapan dan akal apa yang akan menuduh perempuan dan pendidikan perempuan hanya membawa kerugian, dan seambreg tuduhan lainnya yang menafikan kesempatan pendidikan dan ilmu bagi perempuan!!. Bukankah ilmu yang bisa mengangkat kegelapannya ke padang cahaya dan iman?? Bukankah ilmu yang menjadikannya seorang ulama, cerdas, mampu mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang benar?? Bukankah pendidikan yang menjadikannya seorang pemerhati, ilmuwan, dan da'iyah?? Bukankah ilmu yang menjadikannya cakap dan cerdas, mampu menghadapi segala hambatan dan problem kehidupan?? Dan pada saat yang sama, ia menjadi seorang isteri, mampu menunaikan kewajiban kepada suami, anak-anak, dan rumahnya.... Maka, hendaklah bertaqwalah kepada Allah orang yang hanya menjadikan perempuan sebagai pelepas syahwat dan kemauan mereka!! Akan datang suatu hari dengan izin Allah, dimana perempuan akan cerdas dan berilmu serta dihormati dalam masyarakat karena kedua hal ini. (Abm) Semoga orang-orang yang mengusung misi feminisme dan kesetaraan gender tidak menjadikan makalah di atas sebagai hujjah untuk melanggengkan misi penyimpangannya itu. Sebab Makalah di atas adalah tentang kesetaraan perempuan dengan laki-laki dalam hal pendidikan dan ilmu, serta di sampaikan dalam kuliah pendidikan. Dan kesetaraan perempuan dengan laki-laki dalam hal kesempatan mendapatkan ilmu dan pendidikan adalah hal yang sudah ditetapkan oleh syari'at Islam. "Damai dengan Cinta" malangraya.com at 8:37 PM Friday, August 12, 2005 waspadai kapitalisme STOP KAPITALISME ... Sebuah lingkungan budaya yang mendewakan kesenangan & memandang kebebasan dari Berbagai kewajiban sebagai tujuan hidup yang UTAMA!!! Yang di hasilkan dari masyarakat KAPITALIS bukanlah individu-individuyang mandiri, Tetapi individu-individu yang rusak!!! Karenanya-lah ... Masyarakat mengalami ketergantungan kepada " keadilan " hukum yang semu, juga kepada nilai-nilai kemanfaatan yang semu, serta hubungan kontrak sosial yang semu. Karenanya-lah ... TERLAHIR : Tatanan kehidupan yang RUSAK!!! ( Sistem Pendidikan, Sosial Budaya, Ekonomi, Politik, juga Pertahanan Keamanan Negara ) BUSER, PATROLI, SERGAP, INVESTIGASI... Adalah BUKTI BOBROKANYA Tatanan kehidupan kapitalisme!!! Di satu sisi mengusung KEBEBASAN, tapi pada saat yang sama Kapitalisme MENGEKANG fitrah manusia Di satu sisi mengusung HAM, tapi pada saat yang sama Kapitalisme MENGINJAK Hak - Hak Manusia Kapitalisme ... TERBUKTI GAGAL TOTAL dalam mendapatkan jawaban yang benar mengenai bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya!!! RENUNGAN Saudaraku ... Apakah yang membuatmu mengantuk dalam naungan kapitalis, sedang engkau terjaga? Apakah yang membuatmu bingung, sedangkan engkau mengetahui harus berbuat apa? Apakah yang membuatmu mabuk, sedangkan engkau sadar harus berjuang ? Apakah yang membuatmu demikian santai, sedangkan engkau akan dituntut diakhirat kelak? Apakah yang membuatmu menetap dalam sistem kapitalis,sedangkan engkau akan pindah ke sistem yang mulia, yakni islam? Belum tibahkah saatnya mereka yang terpulas untuk bangun dan berjuang demi ummat? Belum tibakah saatnya mereka yang terbuai untuk mengambil nasehat dan menyampaikan kepada ummat? Ketahuilah bahwasannya semua manusia di dunia ini sedang melakukan perjalanan , maka berjuanglah untuk islam yang akan menyelamatkanmu dari adzab neraka pada hari kebangkitan. "Jika kamu menolong (Agama) Allah, maka Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"(TQS 47:7) "Apakah hokum jahilliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (TQS 5:50) malangraya.com at 3:02 PM spiritualitas muslim Spiritualitas Seorang Muslim Seorang muslim adalah orang yang telah menyerahkan seluruh jiwa raganya kepada Allah SWT, sebagaimana yang senantiasa ia ikrarkan pada permulaan setiap kali dia melaksanakan sholat: "Aku hadapkan wajahku kehadirat Sang Pencipta langit dan bumi sepenuh ketundukan dan kepasrahan diri, dan bukanlah aku dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah Sang Penguasa semesta alam. Tiada sekutu apa pun bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan sedang aku termasuk dari orang-orang muslim." (Lihat Ali Raghib, Ahkamus Sholat hal 127). Namun terkadang kita sebagai muslim lupa bahwa setiap hari, minimal lima kali kita mendeklarasikan penyerahan kita kepada Allah SWT sebagaimana tersebut di atas. Di dalam sholat kita menyatakan pasrah diri dan tunduk kepada Allah, namun di luar sholat tidak jarang di antara kita ada yang berani menentang perintah Allah SWT, bahkan ada yang berani menyelewengkan agama Allah Azza wa Jalla. Astaghfirullah! Kenapa hal itu bisa terjadi? Tidak lain adalah karena miskinnya spiritualitas di antara kita, bahkan ada yang tidak paham apa itu spiritualitas bagi seorang muslim. Oleh karena itu, tulisan ini akan menyegarkan kembali ingatan kita pada spiritualitas seorang muslim. Moga-moga mengingatkan kembali jati diri kita sebagai seorang muslim, hamba Allah Yang Maha Pengasih! Arti Spirit, Aspek Spiritual, dan Spiritulitas Spirit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1996) diartikan sebagai jiwa, sukma, dan roh. Juga diartikan semangat. Satu kesalahan besar yang dilakukan oleh para filosof Barat dan Yunani selama berabad-abad adalah urain mereka bahwa manusia itu terdiri dari roh dan jasad, dimana roh, menurut mereka adalah bagian dari Tuhan, dan manakala roh itu dominan dalam diri seseorang, dia akan menjadi manusia yang baik, karena mendekati sifat-sifat ketuhanan. Sebaliknya, manakala yang dominan adalah jasadnya, manusia menjadi buruk sifatnya. Tentu saja teori jasmanani-rohani itu tanpa bukti, baik empirik maupun informasi dari kitab suci. Secara faktual, teori kuno itu tak bisa dibenarkan, karena nyawa manusia itu tidak bertambah dan berkurang dengan luhur dan rendahnya sifat manusia. Roh dalam arti sukma atau nyawa manusia (sirrul hayah) adalah rahasia Tuhan. Manusia hanya bisa merasakan atau mengindera bekas-bekas adanya roh itu, seperti gerakan fisik, tumbuh, dan menjadi banyak. Tapi hakikat roh penyebab itu semua tak mungkin diketahui manusia. Allah SWT berfirman: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS. AL Isra’ 85). Oleh karena itu, roh yang dimaksud manusia—termasuk bangsa Barat dan Yunani yang salah alamat di atas—bukanlah nyawa, atau bagian yang ada dalam diri manusia, tapi merupakan sifat dari luar yang diinginkan manusia agar bisa mempengaruhi perbuatannya. Dan ini hanya bisa terjadi manakala manusia menyetir perbuatannya dengan aturan dari Dzat Yang Maha Luhur, yakni Allah SWT. Oleh klarena itu, roh atau spirit yang dimaksud adalah kesadaran hubungan manusia dengan Allah Sang Maha Pencipta. Itulah arti spirit yang sebenarnya bagi manusia, yang dapat membuatnya menjadi muslim sejati. Dengan memahami arti spirit sebagai keadaran hubungan seorang muslim dengan Allah SWT, maka seorang muslim dapat memahami adanya aspek spiritual dalam dirinya, kehidupannya, maupun alam smesta tempatnya berpijak. Dirinya, kehidupannya, maupun alam semesta memiliki hubungan dengan Allah SWT, yaitu sebagai makhluk ciptaan-Nya. Sehingga masing-masing punya aspek spiritual. Aspek spiritual dirinya sebagai manusia bagi seorang muslim adalah keberadaan dia sebagai manusia ciptaan Allah SWT. Al Quran membimbingnya dalam firman Allah: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.(QS. Al Baqarah 21). Juga dapat dilihat pada QS. An Nisa 1, Ar Ruum 20, As Sajdah 7, AL Mukmin 67, Ar Rahman 14, Al Alaq 2. Demikian juga kehidupannya, memiliki aspek spiritual, yakni keberadaan hidup dan mati hakikatnya adalah ciptaan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.(QS. Ar Ruum 40). Juga bisa kita lihat pada QS. Al Baqarah 28, AL Hajj 66, Al Jatsiyah 26, dan Al Mulk ayat 2. Dan seluruh alam semesta ini memiliki aspek spiritual, yakni keberadaan seluruh alam jagad raya ini sebagai ciptaan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(QS. Al A’raf 54). Juga bisa kita lihat pada QS. AL Baqarah 29, Al Baqarah 164, Ali Imran 190, AL An’am 1, AL AN’am 101, dan Yunus 3. Spiritualitas dalam diri manusia yang telah meyakini keberadaan Allah SWT sebagai sang Pencipta ( Al Khaliq) dan menyadari hubungannya dengan Allah SWT, yakni sebagai makhluk-Nya, adalah: perasaan tunduk dan tawadlu’ terhadap Sang Pencipta, Kekuasaan-Nya, dan Ilmu-Nya. (lihat Muhammad Husain Abdullah, Mafahim Islamiyah, hal. 14). Kalau perasaan ini bersifat kontinu, maka seorang muslim akan senantiasa hidup dalam suasana iman. Dan itu akan membantunya untuk bisa terikat dengan syariah Allah SWT dengan perasaan ridlo dan hatinya tenteram. Hubungan Aspek Spiritual dengan Perbuatan Manusia Allah SWT tidak hanya menciptakan alam semesta, tapi juga mengaturnya. Ini ditegaskan dalam firman-Nya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. (QS. Yunus 3). Allah SWT menurunkan syariah untuk mengatur kehidupan manusia. Allah menurunkan Al Quran untuk menjadi petunjuk, penjelas, dan garis batas, antara yang boleh dilakukan (haq), dan yang tak boleh dilakukan manusia (batil). Allah SWT berfirman: bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).(QS. Al Baqarah 185). Allah SWT pun menyuruh kita untuk senantiasa mengikuti petunjuk-Nya. Dia SWT berfirman: Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya..(QS. Al A’raf 3). Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.(QS. AL Hasyr 7). Oleh karena itu, bagi orang yang memiliki spirit dalam arti kesadaran hubungannya dengan Allah, maka pada hakikatnya seluruh perbuatannya ada dalam daerah hukum Allah SWT. Jadi semua perbuatan manusia tidak lepas dari aspek spiritualnya, yaitu keberadaannya di daerah hukum Allah SWT. Dan Allah SWT bakal memberikan penilaian dan balasan atas perbuatannya itu, kecil maupun besar.Ketika dia makan, dia yakin bahwa apa yang dimakan, apakah halal atau haram dzatnya, apakah halal ataukah haram pemilikannya, semua akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Kalau dia berpakaian, apakah halal barang yang dipakainya, dan apakah telah menutup aurat seperti tuntunan syariah? Kalau ia bermuamalah, dia yakin bahwa kelak bakal ditanya apakah akad muamalahnya sesuai ketentuan akad syariah Islam ataukah malah justru mengikuti sistem transaksi kapitalisme? Kalau dia berpolitik, dia yakin bakal ditanya kelak, apakah berpolitik sesuai tuntunan Rasulullah saw., ataukah malah mengikuti Montesque? Atau bahkan mengikuti Machiavelli? Dan seorang muslim yakin bahwa Allah SWT akan mengabarkan-Nya kelak di hari akhirat seluruh perbuatan manusia. Dia berfirman: Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".(QS. AL Jumu’ah 8). Khatimah Dengan kesadaran akan aspek spiritual tersebut, seorang muslim akan berjalan mantap dengan sikap hidup mengemban syariah Allah SWT. Dan dengan kesadaran spiritualitas dalam dirinya, seorang muslim akan senantiasa dapat mensinergikan antara pernyataannya penyerahannya sebagai muslim di dalam sholatnya dengan perbuatannya di seluruh pentas kehidupan nyata. Wallahu a’lam! malangraya.com at 10:05 AM Wednesday, August 10, 2005 remaja kudu gimana? Melihat potret buram negeri patut juga kita bertanya bakal kayak gimana wajah negerinya Indonesian Idol ini, Apa secakep Dini Aminarti, seteduh Veri AFI, atau seamburadul Setan Kepala Penyok di sinetron Di Sini Ada Setan ? Tanyain ama diri kita masing-masing yang emang hidup di dalamnya. Karena kita yang ngerasa bangga kalo negeri kita bisa bangkit. Kita juga yang malu kalo negeri kita makin diremehkan karena terlilit hutang. Karena itu, nggak salah dong kalo kita sedikit instrospeksi. Pergaulan dan idealisme remaja Sobat muda, gencarnya penyebaran gaya hidup Barat bikin temen-temen kita seperti ngadepin dilema. Kudu milih salah satu antara gaul atau Rasul. Ngikutin tren atau pengajian. Biar jadi remaja muslim yang punya idealisme. Gaul iya, identitas muslim juga terjaga. Karena bagi remaja yang pengen trendi, pilihan itu darurat banget. Seperti hidup dan mati. Deeu… sampe segitunya. Gaul dalam dunia remaja udah dipatok jadi harga mati. Kudu banget. Nggak ada tawar -menawar lagi. Nggak gaul berarti dikacangin. Makanya wajar kalo ada remaja yang mati-matian nggak jajan seminggu buat beli voucher isi ulang ponsel yang 25 rebu-an perak. Yang penting tetep gaul meski cuma modal dengkul. Berani bergaul berarti kita kudu siap berkorban. Mulai dari uang jajan sampe nilai-nilai Islam. Soalnya, banyak aksesoris dan kegiatan yang udah kepalang dinobatkan jadi simbol pergaulan. Ponsel, jajan di McD, nonton di bioskop, atau ngedugem. Adakalanya pula selalu nyari jalan tengah biar aturan Islam cocok ama simbol-simbol itu. Inilah yang bikin remaja muslim kehilangan identitas. Status keislaman nggak jelas, potret hari depan pun kian bias. Kini, gaya hidup mengejar mimpi menjadi bintang kian menggejala. Biar bisa ngerasain gaya hidup seleb yang glamour. Gaya hidup yang menjanjikan kesenangan dan popularitas. Akhirnya, yang ada dalam benak mereka cuma satu, gimana caranya biar ngetop. Segala potensi yang ada dikerahkan. Gaya hidup pengacara alias pengangguran banyak acara juga banyak peminatnya di kalangan remaja. Tiap hari doyannya ngabisin waktu. Nongkrong/jalan-jalan nyari kesibukan. Status pengacara terus disandang sampe dapet kerja. Pas giliran dapet kerja, nggak sedikit yang cuma seumur jagung. Bisa karena statusnya karyawan kontrak, bisa juga karena nggak betah. Kudu bangun pagi, kalo telat dimarahin, waktu nongkrong bareng sohib berkurang, atau gajinya yang pas-pasan. Akhirnya kembali lagi ke alamnya menyandang gelar pengacara. Sobat muda, hubungan pergaulan dan idealisme remaja emang deket banget. Fase pencarian identitas yang dilalui remaja menuntut kita untuk punya idealisme alias tujuan hidup. Mau nggak mau, kita kudu bergaul biar kebayang idealisme kayak gimana sih yang pengen kita usahain. Tentu sesuai kemampuan dong. Cuma sayang seribu sayang, kian hari tren gaul teman remaja kian menuntut para aktivisnya untuk steril dari aturan agama. Hasilnya, tujuan hidup yang mangkal di benak sebagian besar teman remaja cuma sebatas materi, popularitas, atau pengakuan sebagai yang terhebat. Inilah produk gaya hidup Barat yang sekuler. Yang bikin temen-temen kita jadi teler. Waspadalah! Meneladani sahabat Rasul Sobat muda, banyak temen kita yang ngefans banget ama bintang-bintang kenamaan; penyanyi pop, bintang sepak bola, tokoh legendaris, atau tokoh-tokoh fiktif. Sekarang coba kamu ceritain mana yang paling kamu kenal kehidupannya: Ali bin Abi Thalib ra atau David Beckham? Abdullah bin Mas'ud atau Michael Jackson? Mushab bin Umair atau Eminem? Usamah bin Zaid atau Gareth Gates? Nggak usah malu. Jujur aja kalo kita lebih kenal orang-orang yang ada di pilihan kedua yang udah jelas orang kafir dan doyan maksiat. Malah nggak sedikit di antara kita yang ngefans sampe mencontoh gaya hidup mereka. Gaswat kan? Makanya sebagai remaja muslim, kita juga kudu kenal tokoh-tokoh di urutan kedua yang udah terbukti menjadi pemimpin dan pelopor kebangkitan di usia muda. Biar nggak salah pilih idola. Betul nggak seh? Ali bin Abu Thalib ra. Beliau termasuk generasi pertama pemeluk Islam. Pada usia yang masih sangat belia, delapan tahun, beliau berani memeluk Islam atas keinginannya sendiri. Padahal ayahnya, Abu Thalib, masih tetap dalam keadaan kafir. Ketika beliau ditanya, "Apakah engkau tidak minta izin dulu kepada Bapakmu untuk masuk Islam?", maka beliau menjawab dengan tegas, "Allah tidak meminta izin kepada bapakku ketika Ia menciptakanku. Lantas, mengapa aku harus meminta izin kepada ayahku untuk menyembah-Nya?" Abdullah bin Mas'ud . Abdullah ra masuk Islam pada usia 14 tahun. Beliau termasuk salah satu pembaca al-Quran yang paling baik, yang disebut-sebut Rasulullah dalam hadisnya: "Barangsiapa yang hendak membaca al-Quran sebagaimana ia diwahyukan, maka bacalah sesuai dengan bacaannya Ibnu Ummi Abdin (Abdullah bin Mas'ud)." Selain Ali dan Abdullah, masih banyak contoh-contoh pemuda muslim lain yang nggak kalah hebatnya. Mush'ab bin Umair baru berusia 24 tahun ketika diutus Rasulullah saw. pergi ke Madinah untuk menyebarluaskan Islam. Usamah bin Zaid di usianya yang sweet seven teen , memimpin para sahabat senior seperti Abu Bakar dan Umar sebagai Amirul Jihad (komandan pasukan kaum Muslim menghadapi pasukan Romawi). Ja'far bin Abu Thalib yang berani berdiri di depan Raja Najasy dari Habsyah (Ethiopia) untuk mewakili dan membela Islam walau usianya baru 20 tahun. Imam Syafi'i, salah satu ulama terbesar berhasil menghafal al-Quran pada usia 7 tahun dan menjadi mujtahid pada usia 14 tahun. Pokoknya banyak banget deh figur pemuda Islam yang bener-bener berdiri di garis depan kebangkitan Islam dan kaum Muslimin. Tapi jangan sampe lupa, semuanya bisa berprestasi karena mereka hidup dengan aturan Islam dan berjuang untuk kejayaan Islam. [eof] "Peace aja deh" malangraya.com at 11:13 AM Sunday, August 07, 2005 Independent's Day Agustus, nama bulan dalam kalender Masehi yang dikrematkan bagi bangsa Indonesia. biasanya rakyat negeri ini suka cita merayakan hari kemerdekaannya. Beragam acara digelar dan digeber abis. Mulai tingkat RT sampe tingkat nasional. Untuk memeriahkan dirgahayu kemerdekaan itu, lagi-lagi banyak orang lebih memilih hiburan. Kali aja emang bisa menghilangkan sutris di otak. Itu sebabnya, dari tahun ke tahun kita cuma disuguhi dengan beragam lomba yang membosankan, bahkan kesannya main-main doang. Gimana nggak; lihat aja balap karung, lomba makan kerupuk, bersaing untuk ambil uang koin yang ditancepin di jeruk bali yang udah dilmuri oli, penonton pun dibuat terpingkal-pingkal menyaksikan adegan lucu masukin belut ke dalam botol. Lomba gaple juga digeber abis-abisan. Terakhir, biasanya ditutup dengan pagelaran seni dan budaya. Maka jangan kaget, meski yang tampil adalah artis-artis lokal dan amatiran pula, tapi sambutan tetep hangat. Hmm ... alih-alih mikir untuk memaknai kemerdekaan yang sebenarnya, sekadar untuk lomba pun nggak kreatif dan cuma bikin jumud. Apa nggak dicoba bikin lomba karya ilmiah misalnya, atau lomba menulis artikel tentang kemerdekaan, atau bisa juga digelar lomba pidato. Peserta dilatih untuk bisa memberikan opini yang sejujurnya tentang kemerdekaan. Yup, kagak pake acara sensor-sensoran isi materi. Biarkan peserta 'ngoceh' memberikan opini jujur tentang kemerdekaan yang udah diraih. Pastinya lebih menarik. Bahkan mungkin akan memberikan suasana baru. Sangat boleh jadi malah memberi pemahaman baru untuk memaknai kemerdekaan yang hakiki. Jadi cerdas deh. Meraih kemerdekaan hakiki Siapa sih yang nggak kepengen merdeka? Gerombolan si Berat di komik Donald Bebek aja bawaannya pengen ngabur mulu dari penjara. Nggak betah idup dibelenggu atau didikte orang. Emang enak hidup dijajah? Sori lha yauw. Cuma, karena model penjajahan yang berlaku ini nggak secara fisik (baca: militer), jadinya nggak kerasa kalo kita sebetulnya sedang dijajah secara ekonomi, sosial, budaya, juga politik. Sadar ngapa, bro? Merdeka adalah terbebasnya kita dari segala penghambaan kepada hawa nafsu dan aturan orang lain, seraya kita mengikatkan dan menundukkan diri kita sepenuhnya kepada Allah Swt. Sebab, itulah sebaik-baik penghambaan kita. Kalo sekarang kita masih terjajah oleh hawa nafsu, dikendalikan dan didikte oleh orang lain, maka kita jelas masih terjajah alias belum merdeka. Inilah hakikat kemerdekaan. Kalo kita bicara soal masyarakat, berarti masyarakat yang merdeka adalah masyarakat yang berhasil melepaskan diri dari cengkeraman aturan masyarakat lain, begitu pula dengan negara. Negara yang merdeka adalah negara yang mandiri, dan tidak dikendalikan oleh aturan negara lain. Kalo sekarang? Kita masih terjajah, kawan. So, masyarakat kita masih belum bisa melepaskan ikatan yang dijeratkan ideologi kapitalisme. Tragisnya lagi, kita malah menjadi pejuang pesan-pesan ideologi kufur ini. Sebut saja, masyarakat kita masih doyan bergaya hidup permisive alias bebas nilai. Makna kebahagiaannya adalah banyaknya materi yang berhasil dikoleksi, bukan lagi ridho Allah. Itu sebabnya, kemudian masyarakat kita dituntut untuk melakukan hal yang haram sekalipun untuk meraih kebahagiaan materi. Bila perlu nyari harta dengan cara gila-gilaan. Masyarakat kita pun malah fasih melafalkan dan melaksanakan ide demokrasi ketimbang Islam. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita masih menjadi bagian dari masyarakat Barat. Dan itu artinya belum merdeka. Lalu ngapain kita? Putus hubungan dengan penjajah! Why? Iya dong, kalo kita mau mandiri, maka kita kudu melepaskan segala ikatan yang dibuat oleh pihak lain. Caranya? Nah, karena model penjajahan sekarang beda dengan dulu, maka kita kudu berani melepaskan segala ikatan dengan paham ideologi kapitalisme atau sosialisme-komunisme dan segala paham asing yang bertentangan dengan Islam. Baru kemudian kita mengikatkan sepenuhnya kepada Islam. Sebab, mengikatkan diri kepada Islam adalah bentuk ketundukan dan kepasrahan yang benar dan baik. Shahih banget dah! Juga sungguh aneh bila ada remaja yang bermandikan peluh dalam mengikuti berbagai lomba pada perayaan kemerdekaan, sementara ia sendiri nggak ngeh bahwa hakikatnya sedang dijajah. Kasian deh Lu "Peace aja deh" malangraya.com at 7:41 AM Saturday, August 06, 2005 kolaborasi Ketika Rasululloh SAW memutuskan berhijrah beliau melakukan persiapan keberangkatan dengan teliti. Kepada Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar ra beliau meminta untuk tinggal sementara bersama di Makkah. Sedangkan kaum muslim lain berangkat lebih dulu ke Madinah. Abu Bakar mulai menyiapkan dua ekor unta ketika Rasululloh SAW menolak izin keberangkatan hijrah dengan mengatakan: " ..jangan tergesa-gesa mungkin Alloh akan memberikan kepadaku sahabat". Sedangkan Ali bin Thalib ra dipersiapkan untuk memainkan peranan khusus penuh bahaya. Abu Bakar dan Rasululloh SAW lalu mengupah seorang penunjuk jalan Abdulloh bin Uraiqith - seorang musyrik. Dua ekor unta diserahkan kepadanya agar digembalakan baik-baik hingga hari keberangkatan. Ali bin Thalib ra diminta Rasululloh SAW menyelesaikan pengembalian barang-barang titipan orang lain yang ada pada Rasululloh SAW. Pada malam keberangkatan Ali bin Abi Thalib diperintahkan supaya mengenakan pakaian yang biasa dipakai tidur oleh beliau dan berbaring di tempat tidur Rasululloh SAW. Di larut malam Rasululloh SAW berhasil menyelinap keluar ketika penjaga lengah menuju rumah Abu Bakar. Berdua mereka keluar menuju Gua Tsaur. Sebelum berangkat Abu Bakar telah meninggalkan pesan kepada 'Abdulloh anak laki-lakinya supaya menyadap berita dari luar tentang apa yang dibicarakan orang untuk disampaikan sore harinya kepadanya di dalam gua. Kepada seorang maulanya (orang yang diasuh) Amir bin Fuhairoh, Abu Bakar juga berpesan supaya menggembalakan kambingnya di siang hari di penggembalaan umum dan pada sore harinya supaya diistirahatkan di dalam gua untuk diperah susunya. Bila Abdulloh pulang ke Mekkah, Amir bin Fuhairoh mengikuti jejaknya sambil menggiring kambing untuk menghilangkan jejak. Asma binti Abu Bakar yang sedang mengandung besar juga tidak ketinggalan mengambil peran dengan menganatar ransum bagi ayahanda dan sahabatnya. Setelah bermalam selama 3 hari 3 malam Rasululloh SAW bersama Abu Bakar memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang berat dan penuh bahaya. Abdulloh bin Uraiqith datang tepat waktu membawa dua ekor unta yang telah diberi makan secukupnya untuk perjalanan jauh. Pengejaran terhadap Rasululloh dan Abu Bakar terjadi. Akan tetapi dengan izin Alloh pengejaran Suroqoh bin Malik gagal dengan jatuhnya kuda tunggangan berkali-kali hingga menyadarkan dirinya. Sebagai gantinya Suroqoh selalu menyarankan pulang orang-orang yang berniat mengejar Rasululloh dan para sahabatnya. Pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke 13 Bi'tsah sampailah Rasululloh SAW dan Abu Bakar di Madinah. *** Salah satu pelajaran sejarah di atas adalah tantangan yang besar dan kompleks selalu memerlukan kerja sebuah tim yang rapi. Kualitas yang tinggi dari kerja sangat diperlukan bagi setiap anggota dalam rangka mengatasi tekanan yang besar, kompleks dan rumit. Itu hanya bisa dilakukan dalam bentuk kolaborasi. Berbeda dengan kooperasi maka kolaborasi memiliki pengertian lebih dari kooperasi. Kooperasi adalah kerja sama dalam hal-hal yang disepakati. Sedangkan kolaborasi adalah salah satu bentuk kerjasama yang lebih agresif melebihi dari sekedar kerja bersama. Tiap orang membawa sesuatu dalam forum itu yang dapat meningkatkan nilai, baik dalam bentuk hubungan maupun sinergi pada tim. Efek berganda ini yang diinginkan terbentuk dalam mengatasi permasalahan yang kompleks baik dalam lingkup besar seperti negara, organisasi, kelompok atau mungkin rumah tangga. 'Collaboration is multiplication'. Mengamati kerja dalam bentuk kolaborasi mau tidak mau kita pun harus mengamati individu-individu yang terlibat. Ada beberapa ciri yang dapat diamati seorang yang berkolaborasi. Seorang yang berkolaborasi atau disebut orang yang kolaboratif memiliki sikap yang penting yaitu cenderung untuk saling melengkapi ketimbang saling berkompetisi. Sangat menarik kalau kita membayangkannya pada sebuah tim sepak bola. Akan sangat repot bagi seorang pelatih dan membingungkan penonton, jika pemainnya tidak memiliki sikap seperti ini. Masing-masing bersikap dan merasa dirinya lebih baik dan lebih mampu mencetak gol dari yang lain agar bisa tampil di lapangan daripada duduk di bangku cadangan. Karena masing-masing punya harapan, mimpi, tujuan yang ingin mereka capai. Bagi pemain yang kolaboratif melengkapi pemain lain adalah lebih penting dan utama daripada saling berkompetisi. Mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim. Sebagai sebuah kesatuan. Baginya tidak ada toleransi untuk anggota tim dari kelakuan yang dapat mengganggu kerja tim. Bagi sebagian orang, kecenderungan untuk menonjol dalam bentuk mendahulukan interes pribadi memiliki kecenderungan pula untuk mencurigai orang lain, termasuk anggota timnya. Kecurigaan muncul karena ada kekhawatiran terganggunya pencapaian atau aktualisasi dirinya. Dengan mengadopsi cara berpikir melengkapi daripada berkompetisi pada anggota tim lainnya, kecenderungan seperti ini bisa dikurangi. Bahkan bisa ditingkatkan hingga menjadi anggota yang memiliki kecenderungan sebaliknya, yaitu saling mendukung. Jika kita memiliki kepercayaan kepada orang lain (tsiqoh, trust) maka ini akan sangat berpengaruh pada kepada cara bersikap kita. Kita cenderung untuk bergaul dengan lebih baik dan selanjutnya tidak sulit untuk membentuk hubungan yang kolaboratif. Benar, bahwa ini semata-mata masalah sikap. Pada sisi lain, cara berpikir 'win-win' sangat membantu iklim kerja yang kolaboratif. Menjadi tim yang kolaboratif diperlukan pemusatan konsentrasi dan focus pada tim bukan pada individu. Pemain sepakbola yang kolaboratif adalah bukan pemain yang bisa membawa bola dengan cantik dan memiliki kemampuan tendangan geledek atau pisang andalan saja. Lebih dari itu ia bisa membaca apa yang diperlukan timnya dari dirinya dengan kemampuan, keahlian atau kepakaran yang dimilikinya. Kemenangan dan kesuksesan pertandingan bisa jadi hanya sebuah ilusi ketika pemain sepakbola terlalu menikmati 'gocekan' indah dirinya seorang. Kolaborasi menumbuhkan efek penggandaan yang luar biasa karena meningkatkan dan menumbukan ketrampilan tidak hanya dari kita tapi juga anggota tim lainnya, selain sebuah kemenangan bersama. "Damai dengan Cinta" malangraya.com at 12:14 PM Thursday, August 04, 2005 keinginan atau pemikiran Keinginan publik atau pemikiran publik ? Saat ini tingkat pelaksanaan demokrasi menjadi sebuah paramater dalam menilai sebuah negara. Semakin tidak demokratis sebuah negara maka semakin disebut sebagai negara yang tidak baik. Hal ini menjadi senjata bagi negara-negara seperti Amerika untuk menekan negara-negara lain terutama negeri-negeri muslim. Pada masyarakat muslim sendiri terjadi kegamangan antara menolak demokrasi, menerima begitu saja, atau memanfaatkannya. Demokrasi sendiri muncul sebagai reaksi atas sistem tirani di Eropa, yang tidak terkait langsung dengan pemerintahan Islam. Sehingga tidak bisa dihukumi bertentangan atau cocok dengan Islam tanpa melihat realitas pelaksanaannya. Pada kelanjutannya terdapat banyak sekali varian dan model demokrasi. Demokrasi dalam (masyarakat) Islam? Banyak pendapat tentang demokrasi dan Islam, dan telah menjadi polemik berkepanjangan. Ada yang mempertentangkan, ada yang mengkompromikan, ada juga yang mensiasati. Namun satu hal kesamaan antara demokrasi dan syuro' yang telah menjadi tradisi ummat Islam sejak dahulu adalah partisipasi publik. Di luar ini, maka kita mesti hati-hati untuk menyikapi penerapan demokrasi begitu saja tanpa mengkritisinya, karena ada hal subhat (keraguan). Pada kenyataannya pemaksaan demokrasi ala Barat ke negeri-negeri Islam menjadikan rusaknya negeri-negeri tersebut. Keinginan Publik atau Pemikiran Publik ? Mengapa mesti berhati-hati ? Karena demokrasi berlandaskan keinginan publik, sedangkan syuro' berlandaskan pemikiran publik. Syuro' adalah meminta pemikiran publik yang telah menjadi tradisi ummat Islam. Rasulullah SAW selalu meminta pemikiran publik utk pekerjaan yang yang berkaitan dengan kepentingan publik. Masyarakat berbasis pemikiran inilah masyarakat ideal yang kita inginkan. Karenanya syuro' menjadi pilar penting dalam masyarakat Islam. Sedangkan demokrasi lebih pada menghimpun keinginan publik. Karenanya pemaksaan demokrasi pada masyarakat yang belum kuat tradisi pikirnya adalah penjerumusan ke jurang kehancuran. Karena akan lebih dominan keinginan (hawa nafsunya) dari pada pemikirannya. Dan inilah yang terjadi pada masyarakat Indonesia ketika kran kebebasan dibuka. Kebebasan yang tidak sejalan dengan tradisi berpikir masyarakat yang masih lekat dengan tradisi keinginan. Menuju masyarakat berbasis pemikiran Tradisi syuro' menunjukkan bahwa Islam mendorong terwujudnya masyarakat berbasis pemikiran, partisipasi publiknya partisipasi pemikiran. Kita tentu menginginkan masyarakat berbasis pemikiran, bukan berbasis keinginan. Berkaitan dengan kondisi Indonesia, kita memerlukan beberapa langkah: Pertama, melakukan transformasi masyarakat menuju masyarakat yang berpikir dengan penguatan pendidikan (tarbiyah). Kedua, Yaitu memanfaatkan partisipasi publik (kebebasan dakwah) untuk mengarahkan keinginan masyarakat pada keinginan yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, bukan keinginan hawa nafsu. Anis Matta menyebutnya "menikmati demokrasi" untuk memanfaatkan kebebasan dakwah. Ketiga, menampilkan keteladanan dalam kepemimpinan nasional. Jika masyarakat kita adalah masyarakat berbasis pemikiran, maka partisipasi publiknya adalah partisipasi pemikiran (semangat syuro') bukan partisipasi keinginan. Pada kondisi masyarakat berbasis pemikiran seperti ini, maka demokrasi tinggal berfungsi sebagai mekanisme semata. Kita manfaatkan demokrasi dengan partisipasi pemikiran (semangat syuro'), bukan partisipasi keinginan. [eof] "Society Laboratory" malangraya.com at 6:01 PM genesis kekuasaan Hubungan pemimpin dan kekuasaan adalah ibarat gula dengan manisnya, ibarat garam dengan asinnya. Dua-duanya tak terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber, kepemimpinan yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk memanfaatkan genesis (asal usul) kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat. Refleksi dari kepemimpinan yang efektif, bertanggungjawab, dan terbalutnya hubungan sinergis antara pemimpin dengan yang dipimpin, adalah makna filosofis dari nasehat Rasulullah SAW: "Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab terhadap pimpinannya, seorang Amir (kepala negara) adalah pemimpin dan ia bertanggungjawab terhadap rakyatnya ...." (HR Bukhari & Muslim) Genesis kekuasaan, atau dalam terminologi lain: "jenis-jenis kekuasaan (types of power)" (Robbins-1991), atau "basis-basis kekuasaan sosial (the bases of social power)" (French-1960), pada hakekatnya teridentifikasi dari lima hal: legitimate power, coercive power, reward power, expert power, dan referent power. Legitimate Power (kekuasaan sah), yakni kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang (authority) kepada seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak buahnya. Bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin perusahaan terhadap karyawannya. Coercive Power (kekuasaan paksa), yakni kekuasaan yang didasari karena kemampuan seorang pemimpin untuk memberi hukuman dan melakukan pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila dia tidak mematuhinya, akan ada efek negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak adalah yang bisa menggunakan kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan arahan yang positif kepada anak buah. Bukan hanya karena rasa senang-tidak senang, ataupun faktor-faktor subyektif lainnya. Reward Power (kekuasaan penghargaan), adalah kekuasaan untuk memberi keuntungan positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terlaksana dalam konteks bahwa sang pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahannya. Penghargaan bisa berupa pemberian hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb. Expert Power (kekuasaan kepakaran), yakni kekuasaan yang berdasarkan karena kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga menyebabkan sang bawahan patuh karena percaya bahwa pemimpin mempunyai pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya. Kekuasaan kepakaran bisa terus eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power. Referent Power (kekuasaan rujukan) adalah kekuasaan yang timbul karena karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila saya mengagumi dan memuja anda, maka anda dapat berkuasa atas saya. Seorang pemimpin yang memiliki jiwa leadership adalah pemimpin yang dengan terampil mampu melakukan kombinasi dan improvisasi dalam menggunakan genesis kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. Inilah yang disebut penulis dalam kalimat sebelumnya sebagai kepemimpinan yang efektif (effective leadership), dimana implementasinya adalah dengan "memanfaatkan genesis kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat". Dan marilah kita saksikan bagaimana khalifah Abu Bakar Asshidiq, menggunakan legitimate power yang dimilikinya untuk memerintahkan Usamah bin Zaid meneruskan rencana memimpin pengiriman tentara ke Syria, di sisi lain menggunakan referent power untuk meminta ijin Usamah bin Zaid agar meninggalkan Umar Bin Khattab di Madinah. Dan dalam keadaan yang berbeda, beliau memakai expert power ketika menolak permintaan Fathimah (putri Rasulullah) dengan landasan hukum fiqih dan hadits shahih, berkenaan dengan masalah harta warisan setelah Rasulullah SAW wafat. Adalah Umar bin Abdul Aziz yang telah berhasil menggunakan coercive powernya ketika menjabat sebagai gubernur wilayah Hejaz, untuk tidak memperbolehkan Hajjaj bin Yusuf Atssaqafi (penguasa Iraq yang dhalim) melewati kota Madinah. Meskipun secara kedudukan Hajjaj memiliki tempat istimewa di hati penguasa Daulat Bani Umaiyah. Dan dengan kekuatan referent power dan reward power yang dimilikinya, Umar bin Abdul Aziz telah berhasil menyatukan kelompok-kelompok Qeisiyah, Yamaniah, Khawarij, Syiah, Mutazilah, yang secara terus menerus bertikai pada masa itu. Juga berhasil mengumpulkan ulama-ulama yang shaleh dan terkemuka yang sebelumnya telah mengasingkan diri, menjauhkan diri dari kekuasaan karena kerusakan moral kekhalifahan Bani Umayah sebelumnya. Para ulama justru mendatangi Umar bin Abdul Aziz, duduk bersama untuk memecahkan masalah umat. Merindukan pemimpin republik yang tidak hanya pandai menggunakan coercive power dan legitimate power dalam memimpin republik. Tapi juga dengan bijak dan cerdik menggunakan expert power, referent power, ataupun reward power dalam mempersatukan seluruh anak negeri, dan mengangkat republik dari keterpurukan. malangraya.com at 12:10 PM wujud kasih sayang Dakwah Wujud Kasih Sayang Kasih sayang tidak identik dengan memberikan bunga, coklat, perhiasan atau sesuatu yang berbentuk materi, akan tetapi nasehat juga merupakan salah satu bentuk kasih sayang. "Demi masa,Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya manaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran".(TQS.AL-Ashr [103]: (1-3)) Perumpamaan seorang pendakwah adalah seperti seorang dokter yang berusaha mengobati pasiennya yang sakit keras atau seorag sahabat yang berusaha mengingatkan temannya yang hendak berjalan menuju jurang yang terjal. Allah SWT Dzat Maha Pengasih dan Maha Penyayang memerintahkan umat-Nya untuk mencintai saudaranya, bukan sekedar cinta materil di dunia semata melainkan kasih sayang sejati sampai akhirat, Adapun salah satu caranya dengan menjaga mereka dari kobaran api neraka. " Hai orang - orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat - malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ".(TQS.At Tahrim[66]:6). Lebih dari itu orang yang sayang kepada saudaranya tidak akan rela saudaranya disiksa oleh Allah SWT di neraka akibat perbuatannya yang menyimpang dari aturan Allah SWT yang memang ia pilih sendiri. Realitasnya, dakwah tidak selalu mulus, sering sekali obyek yang didakwahi menolaknya, menentangnya bahkan menganggapnya sebagai bahaya bagi dirinya. Walaupun demikian kita jangan pernah surut untuk tetap mendakwahi, sikap penolakan merupakan ketidaktahuannya saja. Sama seperti orang yang sakit, disuruh minum obat tapi menolak hanya karena alasan pahit, tidak enak, bosan atau alasan lainnya. Bahkan orang tersebut beranggapan bahwa saudaranya hendak memberinya racun yang membahayakannya. Saudara yang sayang pada orang sakit tersebut, tentu saja akan dengan sabar mengupayakan hingga obat itu dimakannya dan pantangan baginya tidak dilanggarnya. Begitulah cerminan seseorang yang sayang kepada saudaranya. So.., kasih sayang tidak hanya seharga sebatang coklat atau sekuntum bunga mawar tapi lebih dari itu, yaitu menjauhkan diri dari api neraka dan mendekatkan kita kepada surga yang didalamnya terdapat kenikmatan yang abadi. Betapa indahnya wujud dari mencintai dan membenci karena-Nya.[AKRH/BA] Wallahua'lam bish shawab malangraya.com at 11:56 AM Wednesday, August 03, 2005 Aktualisasi Diri Siapakah Orang yang Melakukan Aktualisasi Diri ? Kata aktualisasi diri amat sering kita dengar. Kerap kata ini diasosiasikan dengan cita-cita dan prestasi. Aktualisasi diri adalah cita-cita dan peraihannya secara optimal. Cukupkah? Tidak. Aktualiasi diri juga sekaligus pembaharuan cita-cita baru yang lebih tinggi dan perjuangan untuk mencapainya. Demikianlah seterusnya, hingga seseorang bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin dia dapatkan. Diantara ilmuwan yang intensif memperkenalkan konsep aktualisasi diri adalah Abraham Maslow (1908-1970). Idenya diperkenalkan dalam bingkai teori kepribadian. Maslow menempatkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan puncak manusia diatas kebutuhannya pada sisi fisiologi (seperti kebutuhan seks, makan, minum, dan bernapas), kebutuhan akan rasa aman dan tentram, kebutuhan untuk dicintai dan dibutuhkan orang lain serta kebutuhan akan penghargaan dari orang lain dan dari diri sendiri (self-respect). Seseorang mulai memasuki tahap aktualisasi diri jika dia dapat memenuhi empat jenis kebutuhan dibawahnya secara seimbang. Empat kebutuhan awal dirasakan dalam keadaan kekurangan (haus = kurang air, kesepian = kurang teman yang memperhatikan, rendah diri = kurang terampil dan kurang mendapat apresiasi, dst). Karenanya kebutuhan-kebutuhan ini disebut D-needs, dari kata deficit needs. Adapun aktualisasi diri tumbuh terus. Sekali dia dipenuhi akan lahir kebutuhan yang lebih tinggi lagi. Itu sebabnya ia disebut B-needs, dari being needs, atau disebut juga pertumbuhan motivasi. Ia sangat terkait dengan keinginan sinambung untuk mewujudkan segala potensi "menjadi segala yang Anda bisa", menjadi "sekomplit mungkin diri Anda". Dari sinilah istilah aktualisasi diri (self-actualization) muncul. Akan tetapi siapakah para self-actualizers atau orang yang melakukan aktualisasi diri itu? Maslow membantu kita menjawab sebagian pertanyaan dengan sebuah metoda kualitatif yang disebut analisa biografi (biographical analysis). Caranya dia meneliti secara seksama biografi, tulisan-tulisan, sikap-sikap dan ucapan-ucapan beberapa orang yang dengan standar tertentu dia pandang sebagai bagian dari orang-orang yang telah melakukan aktualisasi diri. Diantara orang-orang itu antara lain Abraham Lincoln, Albert Einstein, Benedict Spinoza dan juga orang-orang anonim yang dia teliti. Meskipun metodanya dikritik orang, karena dianggap kurang ilmiah dan pengambilan sampel pun relatif subjektif, Maslow yang disebut bapak humanisme Amerika, setidaknya memberikan pandangan tentang kualitas para self-actualizers tersebut. Orang-orang ini terpusat pada realitas (reality-centered), mereka bisa membedakan mana yang palsu dan tidak jujur dengan yang asli dan sejati. Mereka terpusat pada permasalahan (problem-centered), yang menjadikan kesulitan hidup sebagai permasalahan yang butuh jawaban, dan tidak membuatnya terpenjara di dalam kesulitan itu. Mereka mempersepsi cara dan tujuan sebagai dua hal yang berbeda. Tujuan tidak serta merta membenarkan cara, cara bisa saja merupakan tujuan akhir dan cara perjalanan menuju tujuan- seringkali lebih penting daripada tujuan-tujuan akhir. Mereka punya cara khas dalam berhubungan dengan orang lain. Pertama, mereka menikmati kesunyian dan merasa nyaman dalam kesendirian yang bermutu. Kedua, mereka lebih menikmati hubungan yang mendalam dengan beberapa teman dekat dan keluarga daripada hubungan biasa-biasa saja dengan banyak orang. Mereka menikmati otonomi, satu kondisi yang relatif terbebas dari kebutuhan fisik dan sosial. Mereka juga menolak pelarutan budaya, tidak mudah terpengaruh tekanan sosial, sehingga membuat mereka mesti menyesuaikan diri. Dalam hal ini mereka adalah anti-kompromi dalam arti positif. Mereka punya rasa humor yang tidak melecehkan orang lain. Mereka adalah orang yang menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya, mereka lebih senang menerima Anda apa adanya daripada mengubah Anda menjadi apa yang mereka inginkan. Hal yang sama mereka terapkan untuk dirinya. Jika satu kualitas dirinya tidak membahayakan, maka mereka akan biarkan apa adanya dan bahkan menikmatinya sebagai kekhasan diri mereka. Di sisi lain, mereka akan berusaha keras mengubah kualitas-kualitas negatif yang ada pada diri mereka. Sejalan dengan sifat ini mereka bersifat spontan dan sederhana (simply). Mereka lebih suka menjadi diri sendiri daripada berpura-pura dan artifisial. Diantara sikap non-komprominya, mereka nampak konvensional di permukaan, pada hal-hal yang justru orang-orang yang kurang mengaktualisasikan diri bersikap dramatis. Lebih jauh, mereka rendah hati dan hormat kepada orang lain, sifat yang disebut Maslow sebagai nilai-nilai demokratis, yaitu keterbukaan mereka pada perbedaan etnis, perbedaan individu, dan bahkan menjadikan perbedaan tersebut sebagai kekayaan khazanah. Mereka memiliki kualitas rasa bermasyarakat, yaitu memiliki perhatian sosial, rasa belas kasihan dan kemanusiaan. Kualitas ini seiring dengan kekuatan etik yang bersifat spiritual-keagamaan dengan penghayatan yang utuh dan benar. Mereka memiliki jiwa apresiatif yang segar, sebuah kemampuan untuk melihat sesuatu, bahkan sesuatu yang dipandang orang lain umum, dengan penuh kekaguman. Seiring dengan ini hadir kualitas kreatif, inovatif dan orisinil. Dan, akhirnya, orang-orang ini cenderung memperoleh lebih banyak puncak-puncak pengalaman daripada yang dialami rata-rata manusia. Puncak pengalaman adalah sesuatu yang Anda ambil dari luar diri Anda, yang membuat Anda merasa kecil atau pada waktu lain mereka amat bermakna, hingga Anda merasa bersatu dengan kehidupan dan alam; Dan ada merasa begitu dekat dengan Tuhan. Perasaan yang membuat Anda merasa menjadi bagian dari sesuatu yang tak terbatas dan abadi. Pengalaman-pengalaman ini cenderung membekas pada pribadi seseorang, mengubahnya menjadi orang yang lebih baik dan banyak orang yang mencari pengalaman seperti ini. Pengalaman seperti ini disebut juga pengalaman batin dan menjadi bagian penting dari ajaran agama dan tradisi filsafat. Meminjam analisa di atas, kita mungkin mulai makin mengapresiasi semboyan Allah besertaku (Allahu ma'iy) atau semboyan Allah adalah tujuan puncak kami (Allahu ghaayatunaa) atau yang kerap diucapkan seorang muslim dalam memandu proses aktualisasi dirinya. Dipandu cita-cita terbesar hidupnya inilah seorang muslim senantiasa menghiasi kehidupannya dengan akhlak terpuji (akhlaq al-kariimah) yang memiliki cakupan yang amat luas dan menyeluruh; Apa yang diungkapkan Maslow tentang kualitas self-actualizers sebetulnya hanya sebagian saja. [eof] "Society Laboratory" malangraya.com at 7:12 PM Tuesday, August 02, 2005 kader responsif Kader. Kata ini terasa berat dan ketika mendengarnya barangkali akan terbayang sosok yang aktif dan mungkin militan. Kesan ini ada benarnya karena seorang kader memang mengemban tugas dan amanat. Seseorang disebut kader jika membawa karakter dan memperjuangkan tujuan institusi dan ideologinya. Segala yang memerlukan keberlangsungan, niscaya ia memerlukan kader. Dalam keluarga, seorang anak adalah kader bagi ayah dan ibunya. Dalam sebuah organisasi, untuk kelangsungan organisasi mesti ada sistem kaderisasi. Dakwah adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan kesinambungan. Salah satu sifat dakwah adalah perlunya waktu yang panjang, lebih panjang dari umur kita bahkan mesti melampui beberapa generasi untuk mencapai keberhasilannya. Karenanya dakwah pun memerlukan kader, dan kaderisasi dalam dakwah adalah sebuah keniscayaan (kemestian). Satu hal yang mesti kita ingat adalah bahwa setiap muslim adalah kader dakwah karena setiap muslim mempunyai kewajiban mengajak kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran. Rasulullah saw bersabda, "Ballighu 'anni walau ayah" (Sampaikan dariku walaupun satu ayat). Dalam dunia dakwah, kaderisasi ini dikenal dengan istilah tarbiyah. Tarbiyah adalah sebuah character building, proses membangun karakter. Dengan tarbiyah seseorang diharapkan memiliki karakter-karakter (muwashofat) muslim pengemban dakwah. Selain untuk pembentukan karakter, tarbiyah merupakan sarana yang efektif untuk merapikan barisan ummat. Salah satu karakter yang diharapkan dari proses tarbiyah ini adalah "responsif". Dalam konteks ini responsif berarti cepat tanggap, memberikan feedback, kemudian mengajukan potensi yang dimiliki untuk kepentingan dakwah dan ummat, serta sigap melaksanakan tugas. Para shahabat adalah orang-orang yang menunjukkan keagungan karakter hasil kaderisasi langsung oleh Rasulullah saw. Mereka memberikan apa yang menjadi potensi mereka untuk kepentingan dakwah dan sigap melaksanakan tugas dakwah. Kita tentu tercengang dengan Abu Bakar ra yang meng-infaq-kan seluruh hartanya untuk dakwah Islam. Salman Al-Farisi, shahabat Nabi dari Persia ini, menyumbangkan ide pembuatan parit dalam perang Khandaq. Ali ra yang sigap melaksanakan tugas menggantikan tidur Rasulullah ketika Rasulullah hendak hijrah ke Madinah. Ada juga Handholah yang responsif terhadap seruan jihad sampai meninggalkan malam pengantinnya. Mendambakan masyarakat responsif Pada tataran masyarakat, sebuah gambaran masyarakat responsif kita temui ketika turun ayat tentang larangan minum khamr. Maka seketika itu Madinah dipenuhi sungai-sungai khamr yang ditumpahkan. Respon yang sama juga kita temui ketika turun perintah agar muslimah menutup aurat, sampai-sampai kain korden dipakai sebagai jilbab. Kalimat talbiyah jama'ah haji, labbaik Allahumma labbaik, juga sebuah ekpresi responsifnya seorang muslim atas panggilan Allah SWT. Sifat responsif ini juga berlaku dalam ibadah-ibadah mahdhoh seperti menyegerakan sholat ketika mendengar adzan. [eof] Society Laboratory "Peace" malangraya.com at 6:34 PM Akhlak Usahawan Kegiatan Usaha dalam kaca mata Islam memiliki kode etik yang bisa memelihara kejernihan aturan Ilahi, jauh dari sikap serakah dan egoisme, sehingga membuat usaha tersebut sebagai mediator dalam membentuk masyarakat yang saling mengasihi satu kepada yang lain. Dasarnya adalah hal yang menjadi keyakinan seorang pengusaha muslim itu sendiri, yakni bahwa harta itu pada dasarnya adalah milik Allah. Manusia seluruhnya hanya bertugas mengendalikannya. Orang yang bertugas mengendalikan tentu tidak berhak keluar dari aturan dan tujuan pemilik harta. Kalau itu dilakukan, maka ia kehilangan posisinya sebagai pengendali harta. Karunia itu bisa berpindah dari dirinya kepada orang yang lebih pantas melakukan tugas tersebut dan lebih mampu menjaga apa yang menjadi hak harta itu. Dalam kesempatan selayang pandang ini penulis hendak menyitir sebagian kode etik tersebut. Semoga semua itu bisa membe-rikan sinar terang dalam kehidupan seorang pengusaha muslim. Seorang usahawan muslim dalam melakukan berbagai aktivitas usahanya selalu bersandar pada dasar-dasar yang bisa penulis ringkas pada beberapa poin berikut ini : Niat yang tulus. Itu tergambar dalam niatnya mencari kebaikan buat dirinya dengan memelihara diri dari hal-hal yang haram serta memelihara dirinya dari sifat suka meminta-minta yang tidak baik, disamping menjadikan perbuatan itu sebagai sarana untuk mengikat hubungan silaturrahmi atau memberi karib kerabat. Niat tulus itu juga tergambar dalam upaya mencari kebaikan untuk orang lain dengan cara ikut andil membangun umat di masa sekarang dan untuk masa mendatang, serta mem-bebaskan umat dari belenggu ketergantungan kepada umat lain. Akhlak yang baik seperti kejujuran, sikap amanah, me-nepati janji, menunaikan hutang dan membayar hutang dengan baik, memberi kelonggaran orang yang kesulitan membayar hutangnya, menghindari sikap menangguhkan pembayaran hu-tang, penipuan, kolusi dan manipulasi atau yang sejenisnya. Bekerja dalam hal-hal yang baik, sehingga dalam pan-dangan mata seorang usahawan muslim tidak akan sama antara proyek perjudian dengan proyek pembangunan. Tidak akan sama baginya antara yang baik dan yang buruk, meskipun hal yang buruk itu menarik hatinya karena besar keuntungannya. Ia selalu menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, hanya melakukan usaha sebatas yang dibolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menunaikan hak-hak yang harus ditunaikan, tanpa mela-kukan penangguhan pembayaran hutang, atau mengakhir-akhir-kan hak orang, yang terpenting di antaranya adalah hak-hak Allah dalam soal harta seperti zakat wajib, kemudian hak-hak sesama hamba seperti perjanjian usaha dan sejenisnya. Menghindari riba atau berbagai bentuk usaha haram lain-nya yang menggiring ke arah riba. Menghindari memakan harta orang dengan cara haram. Kehormatan harta seorang muslim seperti kehormatan darahnya. Harta seorang muslim haram untuk diambil kecuali dengan kere-laan hatinya. Menghindari sikap yang membahayakan orang. Seorang usahawan muslim harus menjadi seorang kompetitor yang baik. Segala aktivitas usahanya selalu didasari oleh kaidah "Segala ba-haya dan yang membahayakan itu haram hukumnya". Itu salah satu kaidah ushul fiqih yang komprehensif. Bahkan banyak persoalan hukum praktis yang tidak terhitung jumlahnya yang didasari oleh kaidah tersebut. Berpegang-teguh kepada peraturan dalam bingkai undang-undang syariat, sehingga ia tidak menjebloskan dirinya untuk terkena sanksi hukum positif karena pelanggaran-pelanggaran. Bersikap loyal terhadap kaum mukminin. Seorang usaha-wan muslim harus menjadi juru nasihat umat Islam, selalu memenuhi janji keislamannya, tidak membelakangi umat Islam dengan bersikap memusuhinya, dan tidak sudi ikut andil dalam berbagai proyek usaha dengan kalangan non muslim yang bisa menyebabkan bahaya terhadap umat Islam. Economic Laboratory malangraya.com at 1:14 PM Monday, August 01, 2005 risalah bisnis Berdagang pada dasarnya merupakan salah satu pekerjaan yang sangat mulia, bahkan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan sebagian shahabat beliau adalah para pedagang profesional. Namun di sisi lain Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam juga memperingatkan kita semua, bahwa tempat terburuk yang dibenci Allah adalah pasar. Tentu bukanlah pasarnya yang salah, namun penghuninya, penjual dan pembelinya. Berapa banyak pedagang yang sibuk dengan dagangannya sehingga meninggalkan shalat dan dzikrullah, berapa banyak kecurangan, penipuan, riba dan berbagai kejahatan terjadi di pasar. Dan tentunya masih banyak lagi pola dan sistim pasar yang bertabrakan dengan syariat dipraktekkan di sana, yang penting dapat uang bagaimanapun caranya. Dalam tulisan ini, akan kami ketengahkan beberapa kiat menjadi seorang pedagang muslim sejati, yang senantiasa memperhatikan norma dan hukum dalam berdagang. Semoga bermanfaat, bukan untuk mereka yang menggeluti dunia dagang saja, namun untuk kaum muslimin semua. Kenalilah Dunia Dunia -sebagaimana namanya- adalah sesuatu yang hina dan kecil dihadapan Allah Subhannahu wa Ta'ala, sebagaimana disabdakan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, Artinya, "Dunia ini terlaknat, terlaknat juga apa yang ada di dalam-nya, kecuali dzikrullah dan segala yang mendukungnya, serta orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya." (HR. At Tirmidzi dan berkata, "Hadits Hasan Shahih"). Dunia, dengan segala isinya, kekayaan alamnya, keindahannya, hartanya, pencakar langit dan istana-nya, mobil-mobil, barang dagangan, gunung, laut, bahkan langit dan bumi-nya tidaklah sebanding dengan sayap nyamuk di hadapan Allah. Oleh karena itu mencurahkan perhatian secara total dan sepenuhnya untuk dunia adalah kesalahan yang fatal. Seorang mukmin janganlah berbangga-bangga dengan dunia yang diperoleh dan jangan berduka tatkala kehilangannya. Dunia, sebagaimana diberitahukan oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam adalah penjara bagi orang mukmin dan sorganya orang kafir. Orang mukmin di dunia ibarat sedang dipenjara, menjalankan berbagai ketaatan dan ibadah, mengekang dari segala hal yang haram yang hawa nafsu selalu condong kepadanya. Sedangkan orang kafir menganggap hidup di dunia ibarat di sorga, ia turuti segala kemauannya, bersenang-senang, makan enak dan kenyang, tak peduli halal haram, segala cara ditempuh untuk mendapatkan kesenangan. Orang mukmin selalu ingat bahwa mereka diciptakan di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah, sedangkan orang kafir berpandangan bahwa hidup didunia adalah untuk bersenang-senang saja. Sungguh mengerikan kalau kita menyadari bahwa kelak kita akan ditanya tentang harta yang kita dapatkan di dunia, dari mana kita peroleh dan ke mana kita belanjakan? Siapkah kita mempertanggung jawab-kan setiap rupiah yang masuk ke kantong kita, setiap suap yang masuk ke dalam perut kita? Sudahkah kita punya jawabannya? Dunia itu Terbatas Semua yang kita miliki pasti akan kita tinggalkan, entah hari ini atau besok. Kalau seseorang telah mengumpulkan harta yang begitu banyak dengan cara yang haram atau menumpuknya tanpa mau membelanjakan untuk kebaikan, maka sungguh keru-gian besar atasnya. Dia capek-capek bekerja, namun ahli waris yang menikmatinya, mereka bergembira dengan harta itu sedangkan dia menderita dengan siksa, mereka tak berperang, namun menikmati harta rampasan. Barulah ketika itu timbul rasa sesal, "Wahai andaikan aku mempersiapkan diri ketika hidup di dunia, andaikan aku berkerja dengan cara yang halal dan mubah, andaikan dulu sebagian hartaku ku gunakan untuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin, untuk mem-bantu dakwah, membangun masjid, madrasah, andaikan…dan andaikan ini dan itu. Namun hari itu dia hanya bisa gigit jari, menyesali segala perbuatan-nya ketika masih hidup di dunia, ingin rasanya kembali ke dunia tapi … (Demikianlah keadaan orang- orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, "Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguh-nya itu adalah perkataan yang diucap-kan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (QS. 23: 99-100) Mumpung Masih Ada Kesempatan Bersyukur, itulah yang layak kita lakukan karena Allah masih memberi-kan kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri. Membuka lembaran baru yang lebih baik dan terang, memperlurus seluruh langkah kehi-dupan. Dan yang penting mengapli-kasikan syukur itu dengan melakukan segala yang diridhai Allah, termasuk menjauhi penghasilan yang haram dan berdagang dengan cara yang dilarang Allah. Beruntung kita ketika dapat memposisikan diri sebagai orang yang telah mati lalu kita memohon kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia dan permohonan kita dikabulkan. Maka apakah kita akan mengulangai seluruh dosa yang kita lakukan ? Apakah tidak selayaknya kita merubah jalan hidup dan perilaku salah kita? Jangan lagi perdagangan melalaikan kita dari ibadah, dzikir dan bersyukur kepada Allah, jangan lagi mengkhianati amanat Allah, dan jangan sampai meninggal-kan tanggung jawab sebagai seorang hamba. Belajar Dulu Sebelum Berdagang Seorang yang akan terjun ke dunia dagang maka "wajib ain" atasnya mempelajari fikih perdagangan dan muamalah. Sebab tidak diragukan lagi, bahwa orang yang tidak belajar masalah tersebut kemudian terjun ke dunia dagang dan bisnis, maka sangat mungkin akan terjerumus ke dalam keharaman. Ali bin Abi Thalib Radhiallaahu anhu berkata, "Seorang pedagang jika tidak mengetahui hukum, maka akan terjerumus ke dalam riba, tenggelam dan teng-gelam" Sedangkan Umar bin Khatthab Radhiallaahu anhu mengatakan, "Siapa yang tidak faham masalah agama janganlah sekali-kali berdagang di pasar kami." Jangan lupa selalu menanyakan kepada para ulama tentang segala permasalahan dagang yang belum jelas agar jangan sampai kita masuk ke area yang tidak hahal. Sebab teori dagang senantiasa berkembang dari hari ke hari, dan para ulama insya Allah akan memberikan wawasan kepada kita tentang mana yang halal dan mana yang haram. Kiat Muslim dalam Berdagang 1. Jujur Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda yang artinya, "Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada." (HR. At-Tirmidzi, beliau mengatakakan,"Hadits hasan") Di dalam hadits lain juga disebutkan, yang artinya : "Dua orang yang berjual beli memiliki khiyar (hak pilih) sebelum keduanya berpisah, jika mereka berdua jujur, maka jual belinya mendapatkan berkah. Dan jika keduanya menyembunyikan cacat serta bedusta, maka hilanglah keberkahannya." (Muttafaq 'alaih) 2. Toleran dan Mempermudah Urusan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersbada, Artinya, "Semoga Allah merahmati seorang hamb a yang toleran apabila menjual, toleran jika membeli dan toleran dalam tuntutan." (HR al Bukhari) 3. Jangan Menipu Masyarakat Islami ditegakkan di atas amanah, sistem yang bersih, nasehat menasehati dan meninggalkan segala bentuk penipuan dan kecurangan. Menipu dapat melenyapkan berkah, mendatangkan murka dan siksa Allah Ta'ala serta menjerumuskan ke dalam api neraka. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda, Artinya, "Barang siapa yang menipu, maka bukan termasuk golongan kami." (HR Muslim). Beliau juga menegaskan di dalam hadits lain yang artinya, "Barang siapa yang menipu, maka bukanlah termasuk golongan kami, makar dan tipudaya adalah di neraka." 4. Jangan Curang dalam Takaran dan Timbangan Sebagaimana diperingatkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam firman Nya, “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, ((yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apa-bila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi". (QS. 83:1-3) Ibnu Abbas meriwayatkan, “Bahwa tatkala Nabi Shalallaahu alaihi wasalam tiba di Madinah, ternyata banyak penduduknya yang curang di dalam takaran. Kemudian Allah menurunkan surat al Muthaffifin, maka akhirnya mereka membaguskan takaran setelah turun ayat itu." (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dihasankan al Albani) 5. Tidak Menimbun Barang Trik seperti ini sering dilakukan oleh para pedagang, apalagi pedagang dimasa ini yang rata-rata tidak tahu hukum dan aturan. Dengan menimbun barang dagangan, mereka ingin agar harga menjadi tinggi, karena jika permintaan banyak sedangkan barang yang beredar sedikit, maka harga dapat dimainkan sekehendak penjual. Ini adalah model perdagangan yang licik, dan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda, "Barang siapa yang menimbun barang, maka dia telah berdosa." (HR. Muslim) 6. Jangan Bersumpah Palsu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah memperingatkan kita dari hal ini melaui sabdanya, Artinya, "Sumpah yang buruk (dusta) melenyapkan barang perdagangan dan menghalangi berkah penghasilan." (Muttafaq 'alaih) 7. Jauhi Riba Sebagaimana telah diperingatkan oleh Allah melalui firman Nya, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut), jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya". (QS. 2:278-279) Peringatan Untuk Kita Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda kepada Ka'ab bin 'Ujrah, artinya, "Wahai Ka'ab bin 'Ujrah! Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang yang haram (suht)." Ibnu Abbas Radhiallaahu anhum pernah mengatakan, "Mencari penghasilan yang halal lebih berat daripada memindahkan satu gunung ke gunung yang lain." Yunus bin Ubaid berkata, "Aku tidak mengetahui sesuatu yang paling langka daripada dirham halal yang diinfakkan." Ini dikatakan pada Zaman Yunus bin Ubaid, lalu kita akan berbicara apa pada masa ini? Di zaman tatkala sistim kapitalisme dan ribawi sudah merajalela, pelaku dagang dan bisnis jarang yang tahu fikih dan hukum perdagangan? Berkata pula Yahya bin Muadz, "Kataatan itu tersimpan di dalam perbendaharaan Allah Subhannahu wa Ta'ala, kunci-kunci-nya adalah doa, sedang gigi-giginya adalah suapan yang halal." .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar