Minggu, 13 Mei 2012

Fjavascript:void(0)ungsi Irasional | PDFSEARCHENGINEPRO

SISTEM FILSAFAT DAN SISTEM NILAI

Page 2

All Pages


B. Pandangan Sistem Filsafat Non-Theisme (Non-Religius)
Manusia penganut sistem filsafat ini lebih mengunggulkan potensi kepribadian manusia, terutama akal (rasio) untuk mengerti alam semesta, hukum alam dan martabat kemanusiannya. Pandangan demikian, terutama meliputi ajaran: materialisme, sophisme, ........ berkembang terutama: rasionalisme, humanisme, pragmatisme (kapitalisme-liberalisme) yang berwatak individualisme dan sekualrisme; marxisme-komunisme-atheisme.
Sesungguhnya, sistem filsafat demikian memuja manusia, karenanya dinamakan humanisme bahkan anthroposentrisme: termasuk sistem filsafat pantheisme (serba Tuhan) dan universalisme.
Berdasarkan asas normatif filosofis religius yang diakui manusia lebih fundamental dan universal, maka pandangan filsafat ini dianggap sebagai arrogansi bahkan ketakabburan manusia.
Karenanya, sistem filsafat demikian dianggap mengingkari asas Ketuhanan dan keagamaan sebagai asas moral dan martabat kepribadian manusia, bahkan mereka telah meruntuhkan martabat kemanusiaannya yang memiliki integritas keunggulan dan kemuliaan berkat adanya potensi kerokhanian yang agung ---yang dipercaya hidup abadi melampaui dimensi ruang dan waktu--- (MNS 2006: 174 – 178; 224 – 235).
Sebagai pengetahuan dan wawasan perbandingan diuraikan secara ringkas 2 sistem ideologi modern yang cukup dominan dan menjadi tantangan budaya dan peradaban masa depan, khususnya bagi sistem filsafat Pancasila.
Sebagai bangsa modern yang hidup dalam dinamika ipteks canggih postmodernisme kita mengalami proses persaingan (perjuangan) merebut supremasi sosial politik antar berbagai sistem filsafat dan atau ideologi modern. Perjuangan dan kompetisi itu terutama melalui media informasi dan komunikasi global yang melampaui dimensi ruang (batas kenegaraan dan kebangsaan) dalam waktu yang amat cepat.
Setiap hari kita menerima informasi, baik sebagai berita berbagai peristiwa yang terjadi, maupun informasi tentang berbagai bidang kehidupan: bagaimana dan untuk apa dikelola: ekonomi, sosial politik, hukum, kepemimpinan dan manajemen, kesehatan..... dan semua bidang kehidupan modern.
Sesungguhnya, isi dan essensi serta tujuan dari informasi yang fundamental terutama sebagai wahana pendidikan, sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai tertentu sebagai cuplikan (unsur, elemen, fragmen) dari suatu sistem nilai yang bersumber dari ajaran sistem filsafat. Marilah kita perhatikan fragmen berikut:
1. “Keunggulan” Sistem Filsafat Barat (Pragmatisme, Kapitalisme-Liberalisme)
a. Budaya dan ajaran bahwa ilmu pengetahuan bebas nilai, sesungguhnya adalah ajaran sistem filsafat Pragmatisme; yang mengajarkan: di dunia tidak ada kebenaran (yang tetap), melainkan: sesuatu akan benar, bila berguna bagi (kehidupan) manusia. Tidak ada kebenaran mutlak, semuanya relatif dan individual. “The truth does not exist, but it happens. The truth is what useful for individual.” Karena itulah penganutnya selalu mengadakan eksperimen (percobaan dan penelitian) untuk membuktikan kebenaran dan daya gunanya bagi kehidupan (aktual) manusia. Nenek moyang ajaran pragmatisme ialah ajaran materialisme dan sophisme di Yunani awal perkembangan filsafat (400 sM).
b. Penganut pragmatisme mengembangkan teorinya dalam ilmu jiwa dengan ajaran Behaviorisme = ilmu jiwa tingkah laku (= ilmu jiwa tanpa jiwa) yang bertumpu pada hukum sebab-akibat (= stimulus-respons, dinamakan: SR-bond theory). Ajaran ini berwatak sekularisme dan materialisme.
c. Jadi, bila tidak ada kebenaran tetap, dan apalagi kebenaran mutlak; dilengkapi dengan wawasan ilmu jiwa tanpa jiwa.... bagaimana kaidah demikian dapat kita anut sementara kita percaya (baca: yakin) adanya nilai yang tetap, kebenaran mutlak.... juga adanya jiwa/roh sebagai hakikat martabat kepribadian manusia,....dan kehidupan abadi!
Sadarkah kita telah disesatkan oleh ajaran filsafat pragmatisme (alias: progressivism, environmentalism, experimentalism, instrumentalism). Karena kita belum memahami hakikat dan visi-misi sistem filsafat mereka...... maka kita menjadi penganutnya tanpa mengerti!
2. “Keunggulan” Sistem Filsafat Sosialisme: Marxisme-komunisme-atheisme.
Sistem filsafat ini hanya diakui sebagai sistem ideologi; yang dikembangkan oleh paham sosialisme dan komunisme. Doktrin mereka, terutama:
a. bahwa alam dan masyarakat manusia berkembang dalam hukum: dialektika historis materialisme. Artinya, seluruh eksistensi terikat dengan hukum alam: kausalitas (sebab-akibat), terutama faktor materi (komuditas ekonomi) sebagai penentu/prasyarat kehidupan manusia. Umat manusia berjuang merebut materi demi eksistensi (kehidupan) dalam hukum: survival of the fittest.
b. Alam dan manusia sebagai wujud materi bukanlah diciptakan oleh Maha Pencipta, melainkan oleh hukum alam sendiri. Karenanya, menusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya wajib menguasai dan mengembangkan alam (sebagai sumber daya alam: = komuditas, ekonomi, modal: tenaga kerja, tanah dan dana). Sumber daya alam ini selama prarevolusi komunis, sepenuhnya dikuasai oleh kaum kapitalisme. Karenanya, penganut marxisme-komunisme melakukan revolusi untuk merebut hak rakyat yang tertindas oleh kaum kapitalisme-imperialisme. Dunia dan budaya berkembang dalam pola dialektika historis materialisme: revolusi x kotrarevolusi.
c. Negara adalah kesatuan manusia sebagai rakyat dalam komunitas atau kolektivitas yang utuh. HAM bukanlah milik individu, melainkan milik masyarakat sebagai kolektivitas. Manusia individu tidak mungkin hidup, dan tidak berfungsi; kecuali di dalam kebersamaan dalam fungsi sosial: = fungsi karya, fungsi produksi; (labor, buruh, tenaga kerja). Jadi, masyarakat (mikro) dan negara (makro) adalah milik bersama. Negara dikuasai dan dipimpin bersama (dengan asas kedaulatan negara). Untuk pelaksanaannya kedaulatan negara dipercayakan kepada partai (tunggal) negara, yakni partai komunis di dalam negara itu. Karenanya, asas kedaulatan negara melahirkan asas etatisme (= pemujaan negara; yang juga memuja kepala negara = taat sepenuhnya kepada pemimpin ketua partai komunis yang sepenuhnya menegakkan kedaulatan negara).
d. Materi penentu kehidupan dalam makna hakikat realitas semesta, budaya...... termasuk manusia adalah materi. Maknanya, materi adalah awal dan tujuan akhir manusia (materialisme). Jadi, hidup dan tujuan perjuangan manusia ialah bagaimana menguasai materi. Karenanya, negara wajib menguasai semua sumber daya alam (materi) dan alat produksi (= pabrik, teknologi) untuk menguasai materi (komuditas ekonomi: tanah, modal, industri) demi potensi dan kekuatan negara.
e. Asas demokrasi rakyat = kedaulatan negara; karena rakyat lebur dalam integritas negara. Karenanya, (hak) pemilikan sepenuhnya oleh negara sebagaimana juga kedaulatan negara. Untuk propaganda, negara komunis menamakan dirinya: sebagai republik rakyat...... (misal: RRC); atau republik demokrasi...... (misal: RDG, RDV)...... juga PRD!
Inilah dogmatisme marxisme-komunisme-atheisme yang melebihi dogma agama ---yang dihujat mereka sebagai dogmatis dan irrasional---. Padahal, mereka justru lebih dogmatis dan irrasional sebagai terlukis dalam ajaran doktrin dan dogma ideologi komunisme.
Dunia modern, melalui berbagai produk teknologi canggih sebenarnya mereka menggelar keunggulan. Demikian pula berbagai alat teknologi canggih: alat telekomunikasi: baik konvensional seperti telepon, radio, TV maupun internet.... sampai non konvensional melalui satelit.... sesungguhnya adalah media dan forum mereka yang menguasai keunggulan (supremasi) ipteks...... menggelar keunggulan dan supremasi sistem ajaran filsafat yang melahirkannya! Dengan demikian bangsa-bangsa di negara-negara berkembang ---yang masih tergantung kepada ipteks dan ekonomi atas bantuan mereka--- telah menjadi subordinat dari supremasi politik dan budaya mereka.
Bagaimana perang informasi baik sekedar materi untuk menguasai medan politik ---seperti di beberapa wilayah peperangan militer: Afghanistan dan Irak--- juga peperangan produk teknologi baik dalam persaingan politik ekonomi maupun peperangan ideologi. Artinya, apapun yang dicapai oleh USA atau Unie Eropa akan langsung menjadi tantangan bagi Rusia, Jepang dan RRC; sementara bangsa-bangsa berkembang hanyalah menjadi penonton atau supporter yang tidak memihak; bahkan menjadi sasaran (obyek) politik neoimperialisme abad XXI!
Abad modern ini bukanlah panggung sandiwara politik; melainkan medan perang yang aktual untuk merebut hegemoni dan supremasi politik (baca: filsafat dan ideologi). Fenomena cukup membuktikan bagaimana peranan USA dalam dunia ipteks dan ekonomi dunia; bahkan bagaimana supremasi mereka dalam organisasi dunia: PBB (UNO), World Bank, IMF bahkan juga CGI dan APEC. Cukup ironis Pemerintah RI yang menyambut kedatangan Presiden Iran di Istana Merdeka dan mendukung upaya Iran dalam pengembangan nuklir untuk energi listrik (= tujuan kesejahteraan dan perdamaian). Namun kenyataan politik di PBB, RI mendukung Resolusi DK No. 1747 tentang Perluasan Sanksi terhadap Iran ---yang sesungguhnya di bawah supremasi politik USA--- untuk memberikan perluasan sanksi kepada Iran. Lumayan masih ada anggota DPR yang berjuang untuk menegakkan politik bebas aktif Indonesia, dan visi-misi GNB; khususnya sikap simpatik bangsa Indonesia (yang mayoritas muslim) kepada sesama negara muslim!
Mulai intelektual, dan cendekiawan, sampai agamawan berkewajiban mendidik generasi muda bangsa untuk makin menghayati adanya perang ideologi di dunia modern. Media telekomunikasi supramodern adalah instrumen teknologi strategis memenangkan peperangan dimaksud ---ideologi Pancasila yang bermartabat theisme-religius---.