Senin, 07 Mei 2012

MERAHI KESUKSESAN DENGAN KECERDASAN





 Oleh : Indra "Ketika William Stern menemukan teori kecerdasan di tahun 1912, sejak saat itu Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient atau IQ) memonopili dan menjadi parameter dalam memilih calon-calon pekerja di berbagai sector. Stigma IQ sebagai standar dalam mengukur kemampuan seseorang menjadi menara gading. Bahasanya, orang yang akan sukses adalah mereka yang memiliki IQ tinggi." Akhir abad 20 teori ini dipatahkan (baca: dilengkapi) dengan munculnya istilah Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotient. Kecerdasan yang bersumber di otak belakang manusia ini, tidak memiliki ukuran absolute. Menurut Goleman (2001/39), Kecerdasan Emosi adalah kemampuan seseorang untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan. Kecerdasan model ini sangat dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam bekerja. Orang yg memiliki kecerdasan ini akan mampu menghadapi tantangan dan menjadikannya sosok individu yang bertanggung jawab dan optimis dalam menghadapi segala hal. Sedikitnya ada lima unsur yang membangun kecerdasan emosi : • Memahami emosi-emosi sendiri • Mampu mengelola emosi-emosi sendiri • Mampu memotivasi diri sendiri • Memahami emosi-emosi orang lain • Mampu membina hubungan sosial Beberapa contoh kecil di dalam pekerjaan sebagai manifestasi kecerdasan emosi kita : Seringnya kita mengucap salam ketika bertemu orang, kita selalu murah senyum dengan siapapun, bicara dengan nada yang rendah, konsentrasi ketika mendengar lawan bicara, tatap mata lawan bicara kita, menghargai pendapat teman kerja, mencintai pekerjaan kita, menyesal bila tidak bisa hadir di kantor dll. Tindakan tindakan positif di atas akan mendatangkan nilai positif pula bagi kita, seperti : kita akan memberikan dedikasi yang maksimal ke perusahaan, kita akan disenangi rekan kerja termasuk atasan kita, apresiasi positif dari berbagai pihak (baca:atasan) akan mengalir, kita juga akan mudah mendapat pertolongan dan yang terpenting kita akan dinilai positif oleh pengambil kebijakan. Muara dari semua ini adalah kita akan meraih kesuksesan di dalam pekerjaan. Hal ini diperkuat dengan konklusi Goleman, bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% kesuksesan seseorang, sisanya hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ). Di awal abad 21, muncul teori baru kecerdasan yang kerap disebut sebagai Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient). Menurut Danar Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya Spiritual Capital, kecerdasan spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam kontek makna yang lebih luas. Kecerdasan ini mengungkap dan menjawab jatidiri seseorang, who I am, untuk apa saya diciptakan. Dalam bahasa sederhana, SQ adalah kecerdasan yang mampu mengikis sifat-sifat buruk manusia, karena dia tahu jatidirinya sebagai mahluk sosial dan mahluk Tuhan. Kalau dia seorang pejabat dia tidak akan korupsi misalnya. Dari paparan di atas, ternyata untuk menjadi sukses, kita wajib mengasah tiga kecerdasan, yaitu Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosi (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Dengan mensinergikan ketiganya kita akan menjadi manusia yang utuh baik secara skills, moral, maupun spiritual. Ilmu tanpa hati adalah buta, ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa. Maukah kita meraih kesuksesan ?.........selamat merenung dan mencoba ***(HRD)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar